PLN Tembus Peringkat 500 Besar Fortune Global 2014

Nur Pamudji Dirut PLN
Sumber :
  • VIVAnews/Fernando Randy
VIVAnews
Terpopuler: Catherine Wilson Malu sampai Atta Halilintar Kirim Doa
- Ada satu perusahaan pelat merah yang menorehkan prestasi di tingkat dunia. PT PLN (Persero) untuk pertama kalinya menembus peringkat 500 besar dalam Fortune Global tahun 2014.

LIVE: Momen Bersejarah Raja Aibon Serahkan Tongkat Komandan Pasukan Tengkorak TNI ke Letkol Danu

"Sebagai pendatang baru, PLN masuk di urutan 477 perusahaan terbesar dunia," kata Dirut PLN Nur Pamudji dalam keterangan tertulisnya, Rabu 9 Juli 2014.
Kendarai Sepeda Motor Baru, Pelajar SMA di Brebes Terlindas Truk 


Nur mengatakan hal itu merupakan pengakuan dunia terhadap PLN. Perseroan ini mengaku tak mudah untuk bersaing dengan perusahaan-perusahaan lainnya di dunia. BUMN energi ini pun berterima kasih kepada Kementerian Badan Usaha Milik Negara yang telah mengantarkan PLN masuk daftar Fortune Global 500.


"Ini sebuah penghargaan untuk para karyawan PLN dan seluruh pelanggan, khususnya  perusahaan UKM dan perusahaan besar," ujarnya.


Nur mengatakan, kriteria utama peringkat Fortune Global 500 berdasarkan total pendapatan perusahaan per tahun fiskal yang berakhir pada atau sebelum 31 Maret 2014. Kemudian total pendapatan akan dibandingkan dengan pendapatan tahun sebelumnya.


PLN membukukan pendapatan usaha tahun 2013 sebesar Rp257,4 triliun. Naik 10,6 persen dari pendapatan usaha tahun 2012 sebesar Rp232,7 triliun. Meningkatnya pendapatan usaha di tahun 2013 ini berasal dari perpaduan antara kenaikan volume penjualan tenaga listrik dan kenaikan Tarif Tenaga Listrik (TTL) yang diberlakukan bertahap setiap triwulan mulai pemakaian Januari 2013.


Kenaikan volume penjualan merupakan akibat pertumbuhan ekonomi nasional yang berdampak pada penambahan 3,8 juta pelanggan baru. Penambahan jumlah pelanggan sebesar itu merupakan upaya perseroan dalam melayani kebutuhan listrik masyarakat. Sampai dengan akhir tahun 2013 total pelanggan perseroan telah mencapai 54 juta.


Selain meningkatkan revenue, PLN juga berusaha meningkatkan efisiensi dalam penyelenggarakan layanan kelistrikan. Upaya itu di antaranya melalui program bauran energi, dengan menekan penggunaan bahan bakar minyak (BBM) dalam mengoperasikan pembangkit.


Pada tahun 2011 komposisi penggunaan BBM sebesar 24,8 persen, pada tahun 2012 penggunaan BBM turun menjadi 15 persen, dan pada tahun 2013 turun lagi menjadi 12,4 persen. Pada saat yang sama penggunaan batubara dan gas terus meningkat. Pada tahun 2011 komposisi penggunaan batubara sebesar 42,4 persen, pada tahun 2012 sebesar 50,4 persen dan pada tahun 2013 penggunaan batubara sebesar 51,4 persen. Untuk komposisi penggunaan gas pada tahun 2011 sebesar 20,9 persen, pada tahun 2012 sebesar 23,4 persen dan pada tahun 2013 sebesar 24 persen.   


"Mengelola pendapatan yang demikian besar tentu tidak mudah. Namun kini PLN telah memiliki sistem yang dinamakan Pengelolaan dan Pengendalian Arus Pendapatan Secara Terpusat (P2APST). Melalui sistem ini uang yang masuk ke PLN bisa termonitor dan terkontrol sejak pembayaran pelanggan sampai ke kas perusahaan di kantor pusat. Jadi tidak ada lagi pencatatan uang secara manual dan tidak ada lagi laporan penyetoran uang berjenjang dari loket hingga ke pusat," kata Nur.


Dia melanjutkan, sistem ini langsung tersambung ke sistem pelaporan perusahaan. Dengan sistem ini proses keuangan di PLN sangat mudah dimonitor dan dikontrol, canggih dan modern. Bahkan bisa disandingkan dengan perusahaan kelas dunia lainnya. Dengan sistem ini, Unit PLN lebih fokus kepada pelayanan pelanggan dan tidak direpotkan dengan pengelolaan penerimaan uang.


"Dengan sistem ini pelanggan PLN juga sangat dimudahkan karena tidak lagi terikat pada satu tempat pembayaran namun bisa melakukan pembayaran dimanapun di jaringan bank yang bekerja sama dengan dengan PLN dan mitra bank," kata Nur.


Selanjutnya, pria ini melanjutkan, PLN berkomitmen untuk terus menjaga agar tetap berada di posisi 500 besar perusahaan dunia melalui upaya perbaikan di berbagai sisi operasional dengan menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance).
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya