Impor Cabai Olahan Dituding Jadi Penyebab Rontoknya Harga Cabai

Cabai
Sumber :
  • VIVAnews/Nurcholis Anhari Lubis
VIVAnews
Parto Patrio Rela Nahan Sakit Demi Tepati Janji Liburan Keluarga ke Bali
- Petani mengeluhkan harga cabai yang anjlok. Mereka menuding impor pasta cabai menjadi penyebab turunnya harga cabai di tingkat petani, selain adanya panen raya cabai.

Kisah Sukses di Usia Emas, Mom Selly dan Perjalanan Kariernya di Industri Pertambangan

Ketua Asosiasi Agribisnis Cabai Jawa Timur, Sukoco, mengatakan bahwa harga cabai di tingkat petani hanya sebesar Rp2.500-4.000 per kilogram. Padahal, harga biaya produksi cabai sebesar Rp6-8 ribu per kg.
Wow! Ada Senjata HS Kaliber 9 Mm di Dalam Mobil Polisi yang Tewas di Mampang Jaksel


"Harganya terus anjlok dari dua bulan ini. Cabai rawit merah di tingkat petani itu harganya Rp4 ribu per kg. Harga cabai merah besar dan keriting itu Rp2.500-3.000 per kg. Sedangkan biaya produksinya Rp6-7 ribu. Kami rugi separuhnya, hampir 2-3 bulan," kata Sukoco ketika dihubungi VIVAnews
, Selasa 15 Juli 2014,


Dia mengatakan, bahwa industri pun punya peran dalam rontoknya harga cabai. Menurutnya, industri tak menyerap maksimal hasil panen petani. Yang ada, kalangan sana lebih suka impor pasta cabai daripada membeli cabai segar.


"Industri tidak mengambil produksi pertanian. Industri mengambil cabai kering dan pasta cabai impor karena hasilnya lebih murah. Petani yang jadi korban," kata Sukoco.


Kebutuhan industri akan cabai, lanjut dia, berkisar 3-4 ribu ton per bulannya dan ada 80 persen merupakan cabai produksi petani lokal. Tetapi, karena impor cabai olahan tersebut, serapan industri berkurang menjadi 50 persen.


Padahal, lanjut Sukoco, kalau industri menyerap cabai petani lokal, harga cabai di tingkat petani bisa terkerek naik.


"Kalau industri mengambil 30 persen (lebih banyak), harganya bisa jalan, Rp8-10 ribu di tingkat petani dan maksimal Rp15 ribu per kg di tingkat konsumen. Tetapi, ini meleset. Harga cabainya Rp4 ribu di tingkat petani," kata dia.


Petani pun meminta agar ada pembenahan regulasi. Mereka meminta agar pasta cabai dimasukkan ke dalam Rekomendasi Impor Produk Hortikultura (RIPH). Seperti yang diketahui, RIPH ini hanya mengatur impor produk hortikultura segar.


"Kalau dalam RIPH, itu hanya produk yang
fresh
. Cabai kering, cabai bubuk, dan pasta cabai tidak diatur. Itu kebijakan yang harus dibenahi ke depannya kalau mau petani Indonesia ke depannya tetap baik. Kalau mau mandiri, impor pasta cabai harus distop. Apakah, petani cabai lokal bisa memenuhi kebutuhan? Bisa," kata dia.


Selain itu, Sukoco mengatakan bahwa untuk Juli di Jawa Timur, ada produksi 40-50 ribu ton cabai rawit dan 15 ribu ton cabai merah besar dan cabai keriting.


Liburan sekolah pun berperan


Tak hanya impor pasta cabai, Sukoco pun mengatakan bahwa liburan anak sekolah juga berperan dalam anjloknya harga cabai jelang Lebaran.


"Kalau hari raya, sebetulnya konsumsinya naik 20 persen tapi ini tidak. Naiknya cuma 5-10 persen," kata dia.


Sukoco menilai, hari raya yang berbarengan dengan tahun ajaran baru ini menyebabkan konsumen mengalihkan biaya konsumsi sehari-hari ke biaya sekolah.


"Cost biaya makan agak berkurang. Yang bukan petani, seperti guru,
businessman
, dan lain-lain yang menyekolahkan anaknya, lebih memperhatikan kebutuhan tahun ajaran baru daripada Lebaran. Akhirnya, belanja konsumsi jadi berkurang," kata dia. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya