Wamendag: Perdagangan Mainan Indonesia Surplus Rp2 Triliun

Integrasi Sistem Pembayaran
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Prasetyo Utomo
VIVAnews
Indef Ungkap Tantangan Ekonomi yang Bakal Hantui Kabinet Prabowo-Gibran
- Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi, Selasa 15 Juli 2014, menyebut perdagangan mainan Indonesia mengalami surplus pada 2013.

Viral Sosok Cantik Tamara Janatea, Putri Bungsu Rhoma Irama

"Pada 2013, mainan made in Indonesia nilainya mencapai Rp8,2 triliun. Ada Rp5 triliun kira-kira diperdagangkan di dalam negeri. Sekitar Rp3,2 triliun diekspor," kata Bayu ditemui di sela kunjungannya di PT Sinar Harapan Plastik, Jakarta.
Serikat Pekerja Sebut Banyak Dosen Digaji di Bawah UMR 


Bayu melanjutkan, pada saat yang sama, Indonesia juga mengimpor mainan senilai Rp1,2 triliun. "Sehingga pada tahun lalu, Indonesia surplus ekspor mainan Rp2 triliun," kata dia.


Dia menambahkan, ada tiga negara yang memasok mainan terbesar dari Indonesia, yaitu Amerika Serikat 40 persen, Singapura delapan persen, dan Inggris delapan persen. Sementara itu, 80 persen impor mainan Indonesia dipasok dari Tiongkok.


"Kami melihat dari pengawasan barang beredar yang dilakukan Dirjen SPK (Dirjen Standardisasi dan Perlindungan Konsumen Kementerian Perdagangan, Widodo), pelanggaran mainan didominasi impor oleh RRT (Republik Rakyat Tiongkok). Inilah sebabnya, penerapan SNI (Standar Nasional Indonesia) melindungi kita dari produk mainan yang tidak sesuai dengan ketentuan," kata dia.


Beberapa waktu lalu, lanjut Bayu, ada diskusi yang menyebut industri mainan lokal tak siap dengan penerapan SNI mainan. Sebab itulah, mantan wakil menteri pertanian ini berkunjung ke industri Sinar Harapan Plastik yang merupakan produsen mainan anak-anak berbentuk mobil-mobilan berbahan plastik.


Dia menyebut, salah satu bentuk penerapan SNI mainan, misalnya untuk mainan plastik, desain dan bahan plastiknya tak berbahaya bagi anak-anak.


"Kami memastikan produknya aman karena mainan plastik, dilihat dari plastiknya dan toksifikasinya. Mainan juga tidak boleh pecah, karena bisa tajam dan bisa mengganggu keamanan anak-anak. Mainan tak boleh ada ujung yang runcing, harus stabil, dan kuat dalam batas tertentu," kata dia.


Selain itu, ada label SNI, label bahasa Indonesia, serta ada nomor registrasi. Sebab, hal ini bertujuan untuk melindungi konsumen, terutama anak-anak.


"Saya sengaja berkunjung ke pabrik ini dan melihat bahwa mainan kita siap dan memenuhi semua persyaratan SNI. Walau mainannya terlihat sederhana, prosesnya tidak sederhana. (Produksinya menggunakan) teknologi tinggi dan
manufacturing
-nya canggih. Sebenarnya, mereka (produsen mainan) mampu (menerapkan SNI mainan)," ujar dia.


Bayu pun mengklaim, dengan adanya penerapan SNI mainan, mainan impor yang tak layak, berkurang jumlahnya di pasar. "Dampaknya kebijakan ini, mainan impor yang tidak sesuai kualitas, berkurang jumlahnya dan dari dalam negeri sudah meningkat," kata dia. (art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya