OJK Ungkap Profil Risiko Industri Jasa Keuangan Triwulan II

Sumber :
  • Raden Jihad Akbar
VIVAnews
Uruguay dan Indonesia Jajaki Kerja Sama Jaminan Produk Halal
- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan hingga triwulan II 2014, profil risiko di industri jasa keuangan secara umum berada dalam kondisi yang baik. Pasar keuangan ditutup tertinggi di level 5.032,6, atau tertinggi di kawasan sebesar 17,7 persen.

Momen Presiden Joko Widodo jadi Saksi Nikah Anak Wamenaker Afriansyah Noor

Deputi Komisioner Manajemen Strategis I B OJK, Lucky F.A. Hadibrata, Kamis 17 Juli 2014, mengungkapkan bahwa nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat juga terapresiasi sebesar 4,9 persen dan ditutup pada level Rp11.580 per dolar AS.
Fairuz A Rafiq Beberkan Kondisi Terkini Usai Dilarikan ke RS Bersama Buah Hati


"Selain itu, kinerja pasar Surat Berharga Negara turut menguat rata-rata sebesar 31 bps (basis point)," ungkapnya, di Jakarta.


Dia mengatakan, permodalan perbankan sampai triwulan II juga cenderung tinggi, dengan kecukupan pemenuhan permodalan (CAR) mencapai 19,5 persen.


Sementara itu, kondisi likuiditas perbankan yang dicerminkan dalam rasio  aset likuid/non core deposit, dengan threshold 50 persen, memadai untuk mengantisipasi potensi penarikan Dana pihak ketiga (DPK), terutama menjelang Lebaran.


Selain itu, di sektor Industri Keuangan Non Bank (IKNB), nilai investasi dana pensiun dan perusahaan asuransi juga menunjukkan peningkatan, walaupun di sisi lain terdapat pelambatan pertumbuhan piutang perusahaan pembiayaan.


Penyaluran pembiayaan IKNB mencapai 88,4 persen dan tingkat utang (
gearing ratio
) perusahaan pembiayaan naik menjadi 3,70 kali per Mei 2014.


Lebih lanjut, dirinya menjelaskan, aktivitas perdagangan di sektor pasar  kembali meningkat didukung kondisi politik yang cukup kondusif.


Meski demikian, ada beberapa risiko yang harus diperhatihan, salah satunya kenaikan harga minyak karena konflik Timur Tengah dan Ukraina. "Faktor risiko yang perlu mendapat perhatian lainnya adalah kemungkinan pembalikan arah kebijakan moneter di AS," ungkapnya.
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya