Menkeu: Ruang Fiskal Tak Ada Kalau Harga BBM Subsidi Tak Naik

Jelang Ramadan, Kebutuhan Uang Kartal Meningkat
Sumber :
  • VIVAnews/Muhamad Solihin
VIVAnews
Ramalan Zodiak Jumat 26 April 2024: Taurus Harus Waspada dengan Rekan Kerja, Leo Kena Tekanan Mental
- Menteri Keuangan M. Chatib Basri memperingatkan pemerintahan baru berisiko tidak mempunyai ruang fiskal untuk mengakselerasi program kerja mereka. Itu karena alokasi subsidi, khususnya bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi, sudah sangat besar membebani anggaran negara.

6 Tips Membuat Hidup Lebih Tenang, Pikiran Lebih Relaks

Maka, Chatib mengatakan, terlalu dini untuk merasa optimistis soal akselerasi pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan jika tidak ada ruang fiskal untuk mendukungnya.
Istri Bintang Emon Positif Narkoba Gegara Obat Flu, Begini Penjelasan Ahli


"Saya tidak melihat fiskal kita itu akan menjadi baik, berkualitas dan bisa mendorong pertumbuhan seperti yang disampaikan oleh para capres atau terutama presiden terpilih, kalau ruang fiskalnya tidak ada," ujar Chatib, di kantornya, Rabu 23 Juli 2014.


Dia mengungkapkan, satu-satunya cara yang harus dilakukan adalah mengurangi alokasi anggaran subsidi. Artinya, memotong subsidi yang diberikan pemerintah ke masyarakat, sehingga harga BBM subsidi harus dinaikkan.


"Jadi kalau saya ditanya apa yang musti dilakukan, entah itu pemerintahan sekarang atau ke depan, jawaban saya cuma satu, naikin harga BBM. Itu aja," tambah Chatib.


Dia mensimulasikan, jika harga BBM subsidi dinaikan 40 persen misalnya, kemudian setelah itu subsidi dipatok tetap oleh pemerintah antara Rp500-1.000 per liternya, ruang fiskal yang dapat diciptakan pemerintah bisa sebesar Rp200 triliun dalam satu tahun.


"Nah itu tergantung mau digunakan untuk apa oleh pemerintahan baru, apakah untuk infrastruktur dan
cash transfer
atau reformasi birokrasi? Jadi apa yang bisa dilakukan? Saya bilang ya naikin aja [harga] BBM," tambahnya. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya