Penumpang Garuda Tumbuh 12 Persen

Pesawat ATR 72-600 milik maskapai Garuda Indonesia
Sumber :
  • Antara/ Saptono

VIVAnews - PT Garuda Indonesia Tbk pada semester I tahun 2014 mengangkut 13.307.351 penumpang. Jumlah ini meningkat 12,1 persen dibanding semester I tahun 2013 sebanyak 11.869.439 penumpang.

Peringatan Nuzulul Qur'an Tingkat Nasional, Kemenag: Spirit Bawa Indonesia Menjaga Keragaman

Dalam keterangannya pada Rabu, 23 Juli 2014, maskapai ini juga meningkatkan muatan kargo sepanjang enam bulan pertama sebesar 12,5 persen menjadi 193.791 ton dari 172.262 ton pada tahun lalu.

Adapun frekuensi penerbangan Garuda Indonesia (domestik dan internasional) juga meningkat. Frekuensi penerbangan pada semester I tahun 2014 ini mencapai 107.568 penerbangan. Dengan kata lain, meningkat 15,4 persen dibanding periode yang sama tahun lalu sebanyak 93.198 penerbangan.

Pakai Uang Palsu Beli Narkoba dan Punya Senpi Rakitan, Pecatan TNI AL di Lampung Ditangkap

"Kapasitas produksi (availability seat kilometer/ASK) juga meningkat sebesar 16,5 persen menjadi 24,32 miliar dari 20,88 miliar seat kilometer pada 2013," kata Dirut Garuda, Emirsyah Satar, dalam keterangannya.

Pada semester I tahun 2014, Garuda berhasil meraih pendapatan operasi sebesar US$1.738,4 juta, meningkat sebesar 0,7 persen dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar US$1.725,4 juta.

Blak-blakan Soal Rizky Irmansyah, Nikita Mirzani: Perhatian Banget

"Namun, mengingat ekonomi belum pulih, serta Garuda dan Citilink juga sedang melakukan investasi besar dalam dua tahun terakhir, yang akhirnya menekan profit perusahaan. Pada semester I tahun 2014 Garuda mengalami kerugian sebesar US$211,7 juta," kata Emir.

Dia melanjutkan, Garuda Indonesia sedang berinvestasi untuk memperkuat perusahaan dan meningkatkan daya saing perusahaan, khususnya menghadapi kebijakan ASEAN Open Sky 2015. 

"Pada 2014, Garuda mendatangkan 27 pesawat baru untuk menopang jaringan penerbangannya. Sementara itu, pada 2013, Garuda mendatangkan 24 pesawat dan 2012 mendatangkan sebanyak 22 pesawat.  

Pesawat-pesawat ini digunakan untuk memperluas jaringan penerbangan Garuda Indonesia di kawasan internasional dan hingga pelosok nusantara untuk meningkatkan konektivitas dan mendukung peningkatan perekonomian daerah terpencil.

Selain itu, penurunan profit Garuda ditekan persaingan yang semakin ketat serta oleh situasi ekonomi dunia yang belum pulih. Saat ini, nilai rupiah masih terdepresiasi hingga 20 persen terhadap mata uang dolar AS. 

Selain itu, tingginya harga bahan bakar berpengaruh pada tingginya biaya operasional. Tahun ini, Garuda mencatat biaya bahan bakar mencapai hingga 40 persen dari biaya operasional, imbasnya, pembukuan Garuda masih merah.

"Namun, perlu dicatat, hasil Q2/2014 ini lebih baik dari Q1/2014 dan tren kinerja Garuda juga semakin baik karena kinerja Garuda pada bulan Juni ini sudah positif," kata dia.

Emir melanjutkan, untuk mengantisipasi penurunan tersebut, Garuda akan terus memperkuat pasarnya di domestik, dan secara reguler mengevaluasi kinerja rute, dan menutup rute yang merugi. 

Garuda juga sudah bergabung dengan SkyTeam Maret lalu untuk memperkuat pasar di 1.064 destinasi baru di 178 negara.

Selain itu, Garuda akan mengurangi kapasitas sementara ini melalui penghentian operasional pesawat tua yang boros bahan bakar dan menunda kedatangan pesawat yang dipesan. Garuda juga akan meningkatkan kegiatan sales dan marketing secara agresif khususnya penumpang corporate, bisnis, dan leisure.

"Garuda juga mengurangi belanja modal (capex) pada tahun ini hingga US$54 juta," kata dia.

Perkuat pasar domestik

Maskapai pelat merah ini meningkatkan market share-nya di pasar domestik menjadi 28,9 persen, dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar 28 persen. Pasar penumpang pesawat udara domestik Garuda pada periode Januari-April 2014 tumbuh sebesar 5 persen.

Sementara itu, penumpang pesawat udara internasional Garuda pada periode Januari-April 2014 ini tumbuh 16,5 persen, dan market share Garuda di pasar internasional sebesar 21,3 persen.

Garuda Indonesia juga meningkatkan tingkat ketepatan waktunya (OTP/On Time Performance) menjadi 88,4 persen dari 86,9 persen pada periode yang sama tahun lalu.

Sementara itu, Emir menambahkan, masih belum pulihnya perekonomian dunia hingga saat ini juga menyebabkan penurunan kinerja maskapai dunia lainnya khususnya di Asia Pasifik.

Beberapa di antaranya hingga semester I/2014 ini masih mengalami kerugian dan sebagian mengurangi produksi (ASK/Availability Seat Kilometer) dan mengandangkan pesawat-pesawat mereka.

Beberapa bencana di dalam negeri sepanjang 2014 juga memberikan kontribusi terhadap kurang baiknya kinerja maskapai, misalnya bencana Gunung Kelud di Jawa Timur dan bencana asap di Sumatera.

"Akibat bencana tersebut, hingga dua minggu, beberapa pesawat Garuda tertahan di Surabaya, Yogyakarta, dan Solo, serta penerbangan ke kota-kota tersebut dihentikan. Termasuk juga penghentian penerbangan di beberapa kota di Sumatera akibat asap beberapa waktu lalu," kata dia. (art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya