Menilik Warung Musiman Pinggir Jalan

Arus mudik di Jalur Selatan, Limbangan, Garut.
Sumber :
  • VIVAnews/Diki Hidayat
VIVAnews
LIVE: Momen Bersejarah Raja Aibon Serahkan Tongkat Komandan Pasukan Tengkorak TNI ke Letkol Danu
- Jika Anda mudik kerap melihat pedagang-pedagang musiman di kiri jalan. Mereka buka saat menjelang akhir puasa, dan kembali tutup sepekan setelah Lebaran, saat pemudik mulai sepi.

Kendarai Sepeda Motor Baru, Pelajar SMA di Brebes Terlindas Truk 

Ribuan pedagang berderet di jalur-jalur utama, baik Pantura, Jalur Selatan, maupun yang lain.
5 Minuman Herbal Penjaga Kolesterol Tetap Terkendali


Salah satunya adalah Nina (22 tahun). Dia mendadak jualan di Jalur Selatan, tepatnya di Cigagade, Limbangan, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Jalur ini biasanya macet, jadi menguntungkannya.


"Semakin lama macet, semakin laris dagangan saya," katanya.


Limbangan merupakan jalur utama dari Bandung menuju Tasikmalaya. Para pemudik Jawa bagian selatan biasanya banyak yang melewati wilayah ini.


Apalagi, kendaraan besar belum boleh melewati Pemalang, menyusul ambruknya Jembatan Comal, tentu bus-bus lebih memilih jalur Selatan.


Untung besar


Kata Nina, membuka warung sementara ini cuma modal Rp3 juta untuk mengisi warung kopi dan mie instannya. Sedangkan pembangunan warung, tak banyak memakan biaya. Ini lantaran cuma tenda sederhana.


Dari modal itu, katanya, terus diputar selama arus mudik. "Kalau modal Rp3 juta, kami masih punya sisa Rp7 juta. Jadi, untung 100 persen lebih dari modal," ujarnya.


Tetapi, ini tidak selamanya untung. Kalau jalannya lancar pasti dagangan akan sepi, dan keuntungan pun juga mengecil. "Jadi, kami sangat tergantung dengan macet," ujarnya. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya