Nelayan di Pantai Selatan Keluhkan Harga Premium Mahal

Pembatasan BBM Bersubsidi
Sumber :
  • VIVAnews/Daru Waskita.
VIVAnews
Polisi Ditemukan Tewas di Mampang Jaksel dengan Luka Tembak di Kepala
- Pembatasan jatah bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi, khususnya premium, tak hanya berdampak pada sektor alat transportasi. Namun, juga berdampak kepada ratusan nelayan yang ada di kawasan Pantai Selatan, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Perlindungan Cat Mobil Berkualitas Tinggi Hadir di Jakarta Selatan

Seperti diketahui, nelayan di pantai selatan Yogyakarta hampir seluruhnya menggunakan perahu jenis jukung yang berbahan bakar premium dicampur dengan oli untuk mesin 2 tak (bensin campur). Akibat pembatasan BBM bersubsidi ini, nelayan pun kesulitan mendapatkan pasokan bahan bakar untuk pekerjaan melaut.
Viral, Pria Gorontalo Temani Jenazah Ayah di Dalam Keranda untuk Terakhir Kali


"Sudah premium susah, saat ini juga belum musim ikan," ujar Dardi Nugroho, salah satu pemilik kapal nelayan, di Pantai Depok, Kabupaten Bantul, DIY, Selasa 26 Agustus 2014.


Menurut dia, saat premium tersedia melimpah nelayan membeli premium dari pengecer seharga Rp7.500 per liter ditambah dengan oli sebesar Rp1.000 untuk setiap liternya. Total ongkos untuk bahan bakar jukung per liter Rp8.500.


"Setiap sekali melaut setidaknya nelayan membeli 10 sampai 20 liter," katanya.


Pemilik rumah makan seafood Salsabila ini juga menuturkan, untuk saat ini harga premium di Pantai Depok sudah sampai Rp8.000 hingga Rp9.000 per liter.


"Jika ditambah oli, bahan bakar satu liter harganya mencapai Rp10.000. Dengan sekali melaut butuh minimal 10 liter, maka biaya bahan bakar sudah mencapai Rp100.000 sendiri," kata dia.


Jika ditambah biaya-biaya lainnya, biaya minimal untuk melaut yang dikeluarkan nelayan menjadi Rp150.000. Padahal, ikan yang bisa ditangkap untuk musim ini sedang tidak banyak.


"Hasil tangkapan untuk saat ini tidak bisa diandalkan, karena baru masa paceklik ikan," kata dia.


Nelayan lainnya di Pantai Samas, Mugari, mengatakan, puluhan perahu jukung kini hanya diparkir di pinggir laut. Nelayan cenderung enggan melaut karena sedang masa paceklik ikan ditambah pembatasan premium membuat harganya terlalu tinggi.


"Sudah ikan susah dijaring, BBM juga mahal serta sulit didapat," kata Mugari.


Menurut Mugari, nelayan cenderung rugi jika tetap nekat melaut. Karena ikan yang ditangkap pun tak seberapa.


"Biasanya nelayan yang melaut hanya mengambil ikan yang tersangkut di jaring kendengan yang dipasang," kata Mugari. (art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya