Saran BI Soal BBM: Penyesuaian Harga

Pengendara sepeda motor mengisi bahan bakar
Sumber :
  • VIVAnews/Anhar Rizki Affandi

VIVAnews - Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Mirza Adityaswara, Rabu 27 Agustus 2014, mengungkapkan bahwa salah satu faktor yang membuat defisit Anggaran Belanja Pengeluaran Negara (APBN) 2014 membengkak dari asumsi sebelumnya adalah masalah masalah subsidi bahan bakar minyak (BBM) yang meningkat .

5 Artis Cantik Warisi Darah Biru, dari Sumedang Larang hingga Mangkunegaran

"Begini, subsidi BBM itu porsinya di APBN sudah cukup besar. Jadi subsidi BBM salah satu yang membuat defisit APBN kemarin harus direvisi membesar," ujar Mirza di Jakarta.

Ia menjelaskan, pada awal tahun defisit diprediksi di bawah 2 persen. Namun, karena adanya pembengkakan subsidi BBM, defisit pun akhirnya  direvisi menjadi 2,4 persen.

Ini Pemain Korea Selatan yang Perlu Diwaspadai Timnas Indonesia di Piala Asia U-23

Defisit yang membesar mengharuskan ada pembiayaan tambahan. "Artinya, pemerintah harus utang lebih besar," kata Mirza.

Terkait kebijakan pemerintah yang termutakhir dalam pengendalian dan pembatasan konsumsi BBM bersubsidi dengan volume 46 juta kiloliter, membuat PT Pertamina terpaksa melakukan pengurangan pasokan ke SPBU. Situasi ini akhirnya menimbulkan kepanikan masyarakat sehingga berbondong-bondong ke SPBU dan membentuk antrean panjang untuk membeli BBM bersubsidi.

Dokter Boyke Ungkap Gaya Bercinta Ini Nikmat Tapi 100 Kali Berisiko Tularkan HIV/AIDS

Menurut Mirza, untuk mengatasi masalah defisit APBN dan beban subsidi ini memang mendesak pemerintah agar membuat harga jual BBM bersubsidi sesuai harga keekonomiannya.

"Memang solusinya harus ada penyesuaian harga," kata Mirza.

Penyesuaian harga tersebut, ia melanjutkan, bisa dibuat bertahap. "Bisa dibuat bertahap misal dalam dua atau tiga tahun ke depan subsisi itu kemudian jadi hilang sama sekali," kata Mirza.

Pilihan lainnya adalah pemerintah tetap memberikan subsidi, namun dengan besaran yang tetap (fix). Misalnya, pemerintah memberikan subsidi Rp2.000 dalam setahun. Sehingga berapapun fluktuasi harga pasarnya, subsidi pemerintah untuk melindungi masyarakat yang kurang mampu terhadap harga BBM tetap Rp2.000 per liternya.

"Jadi, Rp2.000 itulah yang disubsidi pemerintah. Kan bisa buat program seperti itu," kata Mirza.

Mirza mengingatkan, apabila harga BBM dinaikkan inflasi bisa melonjak. Namun, komponen subsidi yang tidak terlalu besar dapat membantu menekan laju inflasi.

"Kalau kita lihat Filipina, Malaysia, Thailand, inflasinya lebih rendah dari kita secara permanen. Karena mereka tidak ada komponen subsidi BBM atau kecil. Jadi, mereka tidak selalu tiap ada problem subsidi inflasi langsung naik atau susah turun," kata Mirza.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya