Charles Saerang,

24 Tahun Berseteru, Nyonya Meneer Melaju

VIVAnews - Ada suatu pepatah dalam bisnis keluarga, yaitu generasi pertama melahirkan, generasi kedua membangun, dan generasi ketiga menghancurkan.

Namun istilah itu tak berlaku bagi generasi ketiga grup bisnis jamu terkemuka, Nyonya Meneer. Charles Saerang, sang pewaris takhta bukan sekadar mengubah perusahaan keluarga yang tertutup menjadi lebih maju dan profesional.

Ia bahkan mampu mendorong perusahaan jamu asal Semarang ini melaju, menjadi perusahaan jamu yang disegani dan mampu menguasai 34 persen pangsa pasar nasional. Perusahaan yang kini berusia 90 tahun itu pun sudah ancang-ancang untuk "go international".

Namun, kisah perjuangan Charles membawa perusahaan ini jauh berkembang seperti sekarang bukan perkara gampang. Ia harus berjuang keras "menaklukkan" para pemegang saham keluarga. Selama lebih dari 24 tahun, ia menghadapi masa-masa sulit lantaran berseteru dengan keluarganya.

4 Ban Mobil Toyota Avanza Hilang Dicuri Saat Parkir

Charles sesungguhnya adalah cucu dari Nyonya Meneer, sang pendiri. Dia anak dari putra ke dua Nyonya Meneer, Hans Ramana. Hans Ramana dipersiapkan Nyonya Meneer menjadi penerus perusahaan dan menjadi Direktur Utama pada 1952.

Setelah menjadi Dirut Nyonya Meneer selama 23 tahun, Hans divonis kanker dan meninggal pada 1976 di Honolulu. Enam bulan sebelum kematian Hans, Nyonya Meneer terkena stroke mengalami kesulitan berbicara.

Ironisnya, keluarga sepakat merahasiakan kematian anaknya agar tidak mengganggu kesehatan Nyonya Meneer. Dua tahun setelah kematian Hans, Nyonya Meneer meninggal pada 1978. Dia meninggal dalam kondisi ia tidak mengetahui anaknya sudah meninggal lebih awal.

"Jika ibu (Nyonya Meneer) tahu anaknya meninggal, ibu bisa shock," kata Charles.

Sebelum meninggal, Hans meminta agar Charles yang saat itu kuliah di Amerika untuk kembali ke Indonesia meneruskan bisnis keluarganya. Charles memang menyelesaikan studinya di Miami University Ohio pada 1976 dan Master of Science Kensington University California AS pada 1976.

Tiba di Indonesia, bukan suka cita yang ia peroleh. Ia justru disambut dingin oleh keluarga lainnya yang juga menjalankan usaha Nyonya Meneer sebelumnya.

"Situasinya saat itu sangat sulit," katanya. Charles yang terbiasa dengan pikiran independen ketika kuliah di luar negeri, harus menghadapi keluarga yang tertutup. Dia justru dilempar ke sana kemari oleh paman dan bibinya. Pernah dibuang ke Ambon, Jambi, Palembang, Pekanbaru, Bali untuk menjadi tenaga pemasaran Nyonya Meneer.

"Kalau tidak mempunyai komitmen yang kuat maka akan sulit dipercaya keluarga."

Berbekal komitmen kuat, dia kemudian bertekad tak mau diremehkan keluarga ayahnya. Bahkan ibunya sempat menyarankan agar menjual saja sahamnya di Nyonya Meneer karena tekanan bertubi-tubi dari saudara lainnya. Mereka tidak mau Charles menduduki jabatan nomor satu.

"Bayangkan susahnya menghadapi keluarga. Itu sangat luar biasa sulitnya. Namun, saya harus gunakan kultur Timur, tidak boleh kurang ajar."

Charles berpendapat perjuangan membangun perusahaan perlu diteruskan. Ribuan pekerja bergantung kepada perusahaan, sehingga tidak boleh ada kata menyerah.

Semula pengelolaan Nyonya Meneer oleh keluarga memang jauh dari kesan profesionalisme. Yang hanya diketahui adalah bagaimana mencari untung, jika tidak perusahaannya dijual saja. "Mereka tidak tahu pangsa pasar, kalau untung kebanyakan mereka malah tambah pusing," katanya.

Ironisnya, selama 24 tahun, pertengkaran antar keluarga juga tak kunjung berhenti. Sejak 1976 hingga 2000 Charles bertahun-tahun menghadapi sengketa keluarga yang terus memanas.

Perselisihan itu bukan cuma soal sepele seperti ide-idenya ditolak, ditanggapi dengan skeptis. Namun, sengketa melebar hingga soal urusan perebutan saham keluarga. Tercatat, sebanyak 10 sengketa harus dihadapi. Bahkan, perseteruan berujung pada tuntutan dari saudaranya sendiri ke meja hijau.

Lelah menghadapi perseteruan terus menerus, Charles mengambil kebijakan drastis. Ia memborong semua saham milik keluarga. Saudara yang semula memegang operasional perusahaan jabatannya diganti menjadi komisaris. Dia kemudian menempatkan orang-orang profesional untuk mengelola Nyonya Maneer.

YouTuber Daud Kim (Jay Kim)

Buntut Polemik Dana Pembangunan Masjid, Perilaku Buruk Masa Lalu Daud Kim Kini Mencuat

Daud Kim memposting permintaan maaf di Instagram-nya tetapi langsung menghapusnya dengan cepat, yang mendorongnya untuk mengambil langkah dan mengungkap kejahatannya.

img_title
VIVA.co.id
20 April 2024