Financial Deepening Berisiko Kerusakan Ekonomi

BCA Senantiasa di Sisi Nasabah
Sumber :

VIVAnews - Financial deepening atau kajian untuk meningkatkan kedalaman sektor keuangan bisa berisiko kerusakan ekonomi yang bersumber dari pasar keuangan.

Usulan Kejaksaan Izinkan Lima Smelter Perusahaan Timah Tetap Beroperasi Disorot

Salah satunya, bisa menimbulkan penggelembungan (bubble) kredit karena penyaluran kredit yang tidak terbatas.

Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiaatmadja, Jumat 29 Agustus 2014, mengatakan pasar keuangan yang sudah dalam turut membuat bank-bank juga memiliki modal yang besar,  sehingga cenderung menyalurkan kelebihan dana secara berlebihan.

Hal itu, kata dia, seperti yang terjadi di Amerika pada tahun 2008 dan 2011. Perbankan yang memiliki likuiditas berlebih akan cenderung menyalurkan kredit pemilikan rumah (KPR) tinggi.

“Terjadinya bubble, karena begitu mudah dan menjual kredit, sehingga tidak hati hati melepas kredit. Bahkan di Amerika, memberikan kredit properti hingga 105 persen, hal itu tidak efisien dan merusak,” ujarnya, saat ditemui di Jakarta Convention Center Senayan.

Tentunya, kata dia, bank menyalurkan kredit tapi tidak memperhitungkan risiko, karena dalam penyalurannya tidak  memperhatikan risiko kredit macet yang timbul dari kecilnya jaminan dibandingkan kredit yang diberikan. Setiap ada cicilan kredit yang naik, kreditur langsung tidak bisa membayar cicilanya.

Menurut Jahja, hal ini perlu diwaspadai, sebab setiap barang yang akan dijual nilainya pasti menurun, bahkan bisa mencapai 50 persen. Dia mengingatkan, setiap penyaluran kredit ada batasnya, jika berlebihan bisa menimbulkan kerusakan ekonomi dan hal itu yang manjadi awal kerusakan ekonomi di Amerika.

“Kalau sekarang di Indonesia belum karena masih awal, itu peringatan supaya jangan keenakan menyalurkan kredit unlimited, semuanya itu ada limited-nya,” katanya.

Di samping itu, pendalaman pasar keuangan memang sedang dibutuhkan untuk industri keuangan di Indonesia. Dia mengatakan, financial deepening bermanfaat untuk mengurangi volatilitas makro. Contohnya, saat kurs rupiah mengalami depresiasi bisa menghabiskan cadangan devisa karena Bank Indonesia melakukan intervensi.

Pasar keuangan yang tidak dalam membuat para eksportir dan importir bisa mencari keuntungan dengan memanfaatkan penguatan maupun pelemahan rupiah. Eksportir akan menunggu, saat menguat untuk mencairkan dolar. Begitu pula, importir akan mencairkan dolarnya saat rupiah sedang melemah.

Sementara itu, Direktur Task Force Financial BI Nanang Hendarsyah menyampaikan bahwa pendalaman pasar sangat dibutuhkan Indonesia. Sebab, saat ini, pasar keuangan Indonesia masih didominasi kepemilikan asing. Selain itu, transaksi harian di pasar spot hanya mencapai Rp5 miliar.

“Jauh di bawah Thailand yang transaksi hariannya mencapai Rp12,7 miliar dan Malaysia Rp11 miliar. Ini yang mendorong kami lebih menggerakkan finansial,” tuturnya.

Bahkan, kata dia, transaksi di pasar spot di Thailand dan Malaysia lebih banyak untuk perlindungan nilai, dibandingkan Indonesia yang kebanyakan investor melakukan transaksi untuk mencari keuntungan dari selisih pelemahan nilai tukar.

Mahfud MD Blak-blakan Soal Langkah Politik Berikutnya Usai Pilpres 2024
Jemaah haji Indonesia mendengarkan khutbah Subuh jelang wukuf.

Cegah Informasi Simpang Siur, Jemaah Haji Diimbau Tak Bagikan Kabar Tidak Benar di Media Sosial

Menurut Direktur Bina Haji PHU Arsad Hidayat, jemaah haji diminta tidak asal membagikan informasi yang beredar di media sosial yang belum jelas kebenarannya.

img_title
VIVA.co.id
27 April 2024