IHSG Edisi September: Kurva Senyum

Presiden SBY Buka BEI
Sumber :
  • ANTARA/Widodo S. Jusuf

VIVAnews - Indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia sudah cukup lama, sekitar tiga pekan terakhir bergerak mendatar di posisi atas. Namun, belum sanggup untuk menembus titik tertingginya di 5.251, kendati hanya berselisih 28 poin saja.

Tim Pengawal Anies Pamitan usai Pilpres 2024 Berakhir

Pekan lalu, IHSG bergerak dalam tren turun jangka pendek. Sejak awal tahun ini hingga akhir Agustus kemarin, selama 242 hari, IHSG sudah menguat sebesar 20,2 persen. Sell on strength!

PER (price to earnings ratio) IHSG sudah relatif tinggi sebesar 18 kali terhadap historisnya di level 16 kali. IHSG relatif sudah memfaktorkan semua faktor positif. Kini, dalam posisi yang rawan momen aksi ambil untung, saat koreksi teknikal.

Perasaan Shin Tae-yong Usai Timnas Indonesia U-23 Singkirkan Korea Selatan

Secara siklikal, dalam waktu dekat terjadi karena ekspektasi pasar sudah terpenuhi dan belum adanya sentimen positif yang baru. Ada pun agregat rerata laba bersih emiten semester I/2014 naik 15 persen, di saat pertumbuhan ekonomi hanya 5,1 persen.
 
Potensi koreksi IHSG tertunda, karena terjadi penundaan kemenangan Joko Widodo persis satu bulan dari pengumuman KPU 22 Juli ke pengumuman Mahkamah Konstitusi 21 Agustus.

IHSG idealnya membentuk “kurva senyum” dahulu dalam dua bulan ke depan, melemah ke bawah level psikologis 5.000, dengan menutup lubang di 5.077 dan 4.918, untuk memantapkan posisinya secara teknis, sebelum naik ke target valuasi akhir 2014 ini ke level 5.454.

Christian Bautista Bakal Tampil di Konser Westlife: The Hits Tour 2024

Menghitung (49) hari lagi
 

Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono tinggal 49 hari lagi, diharapkan rupiah menguat ke level Rp11.356 per dolar AS, saat inagurasi Joko Widodo di 20 Oktober 2014, mengulang Efek Jokowi pada 14 Maret lalu. Namun, di saat yang sama, di akhir Oktober kelak The Fed akan menghentikan stimulus moneternya. Rupiah masih berpotensi untuk menguat, namun tidak berlebihan.
 
Inflasi Agustus diperkirakan sekitar 0,3 persen MoM, atau 3,7 persen YoY, begitu juga BI Rate yang sudah bertahan 10 bulan di level 7,5 persen, sejak November 2013, juga akan tetap bertahan hingga akhir tahun. Dengan asumsi, harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi baru akan dinaikkan pada Februari-Maret 2015, saat inflasi melandai, atau April 2015 ketika terjadi deflasi.
 
Terhitung mulai 1 September 2014, terjadi perubahan komposisi saham di daftar MSCI yang terbaru, yang mengakibatkan para manajer investasi melakukan strategi switching ‘n rebalancing portofolio mereka. Sayangnya, bobot Indonesia dikurangi, yang artinya akan ada koreksi.
 
 
Historis September

 
Dalam iterasi historis di September, terjadi 12 kali IHSG bergerak turun dalam 24 tahun terakhir, yang artinya IHSG bergerak acak dengan 50 persen naik dan 50 persen turun. Total reratanya di September, sejak tahun 1990, IHSG bergerak memerah sebesar 1,2 persen.
 
Sedangkan bila dilihat dalam jangka yang lebih pendek, yaitu satu dekade kepemimpinan SBY, secara tradisional di bulan September IHSG malah cenderung menghijau sebesar 2,4 persen. Ada pun di September, IHSG pernah anjlok parah di tahun reformasi hingga minus 19,3 persen, sedangkan di 2010, IHSG pernah membumbung tinggi sebesar 13,6 persen.

Saat ini, IHSG berada di ujung tren naik jangka pendek, namun ruang potensi IHSG untuk naik masih terbuka walaupun tipis jaraknya, setidaknya masih memiliki potensi untuk menembus titik tertingginya sepanjang masa di 5.251.
 
Untuk pekan ini, tingkat dukungan IHSG berada di kisaran 5.145-5.020, sedangkan level tahanan terdekatnya ada di zona 5.251-5.335. Saham-saham selektif yang masih memiliki potensi kenaikan jangka pendek secara teknis adalah BBRI, BJBR, BMRI, KIJA, TBIG, TLKM, UNTR.


Penulis : David Cornelis, Head of Research KSK Financial Group

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya