Jelang MEA, Malaysia Kian Gencar Bujuk Bangun Jembatan Selat Malaka

Sumber :
  • REUTERS/Rob Griffith

VIVAnews - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Chairul Tanjung, Selasa 9 September 2014, menyatakan pihak Malaysia makin gencar membujuknya, terkait pelaksanaan proyek Jembatan Selat Malaka.

Puncak Arus Balik, Banyak Pemudik Keletihan Pilih Tidur di Pelabuhan Bakauheni

Desakan ini, terkait ketersediaan infrastruktur penunjang penerapan era persaingan bebas kawasan Asia Tenggara, atau yang disebut Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang akan mulai diberlakukan pada 2015.

Menurut CT -sapaan Chairul Tanjung-, infrastruktur perhubungan merupakan salah satu syarat pertumbuhan ekonomi di masa depan. Hal itu, juga menjadi salah satu alasan Malaysia meminta pembangunan Jembatan Selat Malaka segera direalisasikan.

"Malaysia itu mulai dari pak Mahathir sampai Najib, selalu menanyakan kapan kita sambungkan Malaysia, dari Dumai ke Malaka," ujar CT di Jakarta.

Kisah Heroik Anggota TNI Keturunan Tionghoa Tak Bocorkan Rahasia Negara Meski Disiksa Musuh

Mahathir Mohamad merupakan pjabat Perdana Menteri Malaysia terlama, kurang lebih selama 22 tahun, sejak 1981 hingga 2003. Setelah Mahathir lengser, Abdullah Ahmad Badawi menggantikannya, dengan menjabat PM Malaysia selama periode 2003-2009. Setelah itu, kepemimpinan politik di Malaysia beralih kepada Najib Razak yang menjabat PM sejak 2009.

CT mengaku masih selalu menghindari tawaran mewujudkan proyek tersebut. Pasalnya, infrastruktur perhubungan dalam negeri, khususnya antar pulau, masih belum terintegerasi dengan baik.
Terpopuler: Mobil Pejabat Terkaya Versi LHKPN, Pemotor Emak-emak Berulah di Luar Negeri

Pemerintah pun mempertimbangkan, jika jembatan itu jadi dibangun dan beroperasi, Pulau Sumatera dikhawatirkan akan didominasi oleh kekuatan ekonomi Malaysia. Ini akan lebih menguntungkan bagi Malaysia, bukan Indonesia.

"Kalau tidak begitu, Sumatera bisa menjadi bagian Malaysia. Bukan secara teritori, tetapi secara ekonomi," ujar CT.

Menurut CT, jembatan itu baru bisa dibangun apabila setidaknya konektivitas antara Jawa dan Sumatera sudah memadai. Artinya, setelah pemerintah membangun Jembatan Selat Sunda. "Saya selalu jawab, nanti, kalau Jawa dan Sumatera telah tersambung," kata CT. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya