Produk Berlabel “Made in China” Diprediksi Menyusut

Pengibaran bendera China
Sumber :
  • Reuters/Stringer
VIVAnews
Detik-detik Pelaku Dugaan Pelecehan Seksual Anak di Bawah Umur Diamuk Massa
- Pertumbuhan manufaktur Tiongkok pada awal tahun ini melemah, sementara produksi manufaktur dalam kelompok 10 negara emerging market di Asia Tenggara terus menguat.
Terpopuler: Pengakuan Shin Tae-yong ke Ernando, Kata Pelatih Australia Usai Dihajar Timnas Indonesia

Kondisi itu menyebabkan berbagai perusahaan multinasional berpotensi keluar dari Tiongkok dan melirik peluang yang menguntungkan di 10 negara itu.
Waspada! Buaya Masih Berkeliaran di Kolam Ikan Milik Warga Medan Labuhan


Adapun, ke-10 negara tersebut yakni Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, Brunei, Kamboja, Laos, Myanmar, dan Vietnam.

Seperti dikutip dari laman Forbes edisi Sabtu 13 September 2014, Damian Chan, International Director for Americas of the Singapore Economic Development Board, memberikan penjabaran terkait hal itu.


Meskipun tidak ada suatu pasar yang benar-benar sempurna, kata dia, tetapi 10 negara tersebut sangat menarik bagi perusahaan multinasional.


Negara-negara itu menawarkan demografi sebagai kebutuhan dasar pasar dan kondisi bisnis yang menguntungkan, seperti pasokan tenaga kerja yang terus tumbuh, peningkatan produktivitas, peningkatan kemakmuran, pendidikan dan pelatihan, dan akan dimulainya perdagangan bebas.


Hal-hal itu pasti membuat ketertarikan perusahaan-perusahaan global, dibandingkan masih bertahan di Tiongkok dan menghadapi berbagai tantangan.


Tantangan yang harus mereka hadapi seperti, pertumbuhan ekonomi Negeri Tirai Bambu yang diperkirakan pada tahun ini melambat menjadi 7,5 persen. Hal itu menyebabkan keuntungan tahunan rata-rata beberapa perusahaan turun dua digit sejak 1990.


Selain itu, upah tenaga kerja naik di tengah kenaikan biaya tenaga kerja. Real estate dan biaya utilitas juga meningkat. Mereka juga dihadapkan pada tarif pajak penghasilan perusahaan asing menguat dua per tiga kali.


Dalam beberapa tahun ke depan, Tiongkok diperkirakan masih menjadi pemodal perusahaan besar dan pasar yang penting di dunia. Namun, berbagai produk berlabel "Made in China" akan mulai menyusut.


Dia mengatakan, perkembangan yang terjadi adalah pasar global saat ini sangat kompleks, dan sudah saatnya pasar global mengganti pandangan bahwa dunia ini lebih luas, tak hanya dari Tiongkok.


Peluang ASEAN


Kawasan ASEAN merupakan rumah bagi 600 juta orang dan akan semakin bertambah. Pada 2013, investasi asing langsung ke lima negara kelompok terbesar di kawasan itu melebihi investasi yang mengalir ke Tiongkok untuk pertama kalinya yakni US$128,4 miliar, lebih besar 9,2 persen dibandingkan ke Tiongkok US$117,6 miliar.


Jika diibaratkan suatu negara, kawasan ASEAN akan menjadi ekonomi terbesar ke-tujuh di dunia dengan produk domestik bruto gabungan mencapai US$2,4 triliun.


Angka itu sudah menunjukkan wilayah dengan ekspor terbesar keempat di dunia, yang menyumbangkan 7 persen dari ekspor global, dengan pengiriman beragam.


Misalnya, Thailand dengan ekspor kendaraan dan auto-parts terkemuka, Filipina dengan bisnis outsourcing, dan Vietnam dengan bisnis tekstil.


Pergeseran


Beberapa produsen dari Amerika Serikat dan Eropa berancang-ancang untuk mengalihkan tempat produksi mreka menjadi lebih dekat dengan konsumen negara berkembang di Asia.


Mereka mencari negara-negara seperti Singapura yang telah memiliki kemampuan di bidang manufaktur secara modern dan berteknologi tinggi seperti adanya robotic dan pencetakan 3D.


Singapura dipandang mampu menjadi pemasok regional yang kuat karena telah mengadopsi teknologi yang mengubah cara hidup orang dan menciptakan produk. Singapura juga telah mengembangkan rekayasa yang mendukung pertumbuhan berbagai industri.


Salah satu yang mulai berjalan, yakni produsen obat asal Amerika Serikat, Abbvie yang menginvestasikan US$320 juta untuk membangun pabrik pertamanya di Asia, yakni di Singapura.


Keuntungan dari perluasan ke kawasan ASEAN tidak hanya dirasakan oleh Singapura. Malaysia juga menikmati kue itu. Negara dengan ekonomi terbesar ketiga di Asia Tenggara itu menikmati peningkatan produksi mobil penumpang, semikonsuktor dan produk elektronik lain sebesar 20 hingga 30 persen pada 2014.


Halliburton, perusahaan manufaktur dan teknologi yang telah beroperasi di Malaysia tahun lalu, juga mulai ekspansi.


Namun, dengan adanya peluang itu, ASEAN harus bisa mengatasi kelemahan, seperti kebutuhan pengembangan modal dan tenaga kerja yang terampil. (ita)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya