Ekonom: Ini yang Perlu Dibenahi Jokowi di 100 Hari Pertama

Joko Widodo dan Susilo Bambang Yudhoyono saat bertemu beberapa waktu silam.
Sumber :
  • ANTARAFOTO/Nyoman Budhiana
VIVAnews
IHSG Dibayangi Koreksi Wajar Akibat Fluktuasi Rupiah hingga Kondisi Geopolitik Global
- Kepala Ekonom Asia Tenggara The Royal Bank of Scotland (RBS), Vaninder Singh, meminta agar presiden terpilih Joko Widodo membenahi tiga hal di 100 hari pertama kinerjanya, setelah pelantikan 20 Oktober 2014 nanti.

Klasemen Grup A Piala Asia U-23 dan Skenario Timnas Indonesia U-23 Tembus Perempat Final

Singh mengatakan, tiga prioritas utama pemerintahan baru yang akan dipimpin oleh Jokowi-Jusuf Kalla usai mengucap sumpah jabatan itu, antara lain efisien sistem pemerintahan, subsidi bahan bakar minyak (BBM) dan infrastruktur.
5 Fakta Menarik Atalanta Usai Pulangkan Liverpool di Liga Europa


"Pertama, Jokowi perlu memperbaiki sistem pemerintahan yang sudah berjalan, karena selama ini kurang efisien. Birokrasi Kementerian atau Lembaga ditata ulang, agar tidak tumpang tindih. Ini sesuai janji Pak Jokowi," kata dia, di Jakarta, Selasa 16 September 2014


Yang kedua, Singh melanjutkan, yakni mengurangi subsidi BBM. Langkah ini, dapat menekan beban subsidi yang menyebabkan defisit pada anggaran negara.


"Menurut saya tahun ini kalaupun ada kenaikan harga BBM subsidi paling banyak 10 persen. Padahal, idealnya 20 persen. Tapi, diperkirakan penyesuaian harga akan lebih maksimal, setelah kuartal I 2015," imbuhnya.


Jika penyesuaian harga direalisasikan di tahun depan, Singh memprediksi inflasi yang ditimbulkan akan berada dalam kisaran normal, yakni 0,5 persen-1 persen.


Sementara, imbuhnya, inflasi pada akhir tahun diproyeksikan sekitar 5,8 persen dan akan melonjak, apabila subsidi BBM dipangkas melalui kenaikan harga.


"Jadi perkiraan kenaikan inflasi menjadi 6,5 persen pada 2015," tuturnya.


Dia menambahkan, yang ketiga, menyangkut infrastruktur. Peningkatan porsi infrastruktur akan mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan.


Apalagi, ungkapnya, para pelaku ekonomi sedang mengamati prospek pertumbuhan Indonesia di bawah pemerintahan Jokowi.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya