Respons Pasar Positif Usai Pilpres, Rupiah Diprediksi Stabil

Sumber :
  • ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma

VIVAnews - Setelah hasil Pemilihan Umum Presiden diumumkan, pasar diperkirakan masih merespons dengan positif. Kepala Ekonom Asia Tenggara The Royal Bank of Scotland (RBS), Vaninder Singh, memprediksi defisit tidak melebihi 3 persen, sedangkan rupiah akan tetap dalam kondisi cukup stabil.

"Kami mempertahankan prediksi defisit neraca pembayaran di angka 2,8 persen dari total GDP (gross domestic product)," ujar Vaninder, di Jakarta, Selasa 16 September 2014.

Doa Ibunda untuk Ernando Ari dan Indonesia U-23

Pada sesi sore, hari ini, nilai tukar rupiah melemah ke level Rp11.971,3 per dolar AS. Sebelumnya, rupiah pada Senin 15 September 2014, juga melemah ke posisi Rp11.928 per dolar AS.

Pergerakan nilai tukar rupiah itu sedikit di atas prediksi analis di kisaran Rp11.870-11.962 per dolar AS.

Vaninder menambahkan, optimisme pelaku pasar itu didasarkan pada sinyal-sinyal penyesuaian ekonomi yang lebih cepat, usai pemilihan presiden dan ekspor bahan baku setengah jadi yang dalam beberapa bulan diharapkan dapat meningkat.

"Prediksi defisit neraca pembayaran tahun ini lebih rendah dari defisit tahun lalu, sebesar 3,3 persen. Kami optimistis dapat mempertahankan prediksi pertumbuhan ekonomi keseluruhan di angka 5,2 persen," imbuhnya.

Sementara itu, mengenai kebijakan moneter, RBS memprediksi Bank Indonesia akan mempertahankan suku bunga acuan atau BI Rate hingga pertengahan tahun depan, dengan melihat penyesuaian ekonomi dan defisit transaksi berjalan saat ini.

"Bank Indonesia telah melakukan usaha yang baik, bersama dengan OJK (Otoritas Jasa Keuangan), untuk fokus dalam pengawasan makro prudensial bank. Tujuannya, untuk mendorong bank-bank menurunkan rasio kredit terhadap dana pihak ketiga mereka," ujarnya.

Inflasi 2015 di level 6,5 persen

Lebih lanjut, dia menjelaskan, terkait rencana Joko Widodo untuk menurunkan subsidi bahan bakar minyak (BBM), baru akan direalisasikan tahun depan.

"Inflasi tahun 2014 diprediksi berada dalam kisaran 5,8 persen dan hanya akan meningkat, jika pemotongan subsidi direalisasikan," imbuhnya.

Dia mengungkapkan, kalaupun meningkat, kenaikan harga BBM bersubsidi diprediksi tidak akan signifikan, sehingga dampaknya terhadap penghematan anggaran akan ada di bawah 0,5 persen (month on month).

"Dalam tahap ini, RBS memperkirakan kenaikan inflasi menjadi 6,5 persen pada 2015. Proses penyesuaian ekonomi Indonesia akan mulai terlihat signifikan pada beberapa kuartal ke depan," tuturnya.

Vaninder menambahkan, pengeluaran pemerintah akan tetap berdampak pada konsumsi dan pertumbuhan secara keseluruhan. Anggaran pemerintah akan tetap dibebani oleh subsidi BBM yang terus meningkat.

"Berdasarkan tingkat konsumsi saat ini, RBS memprediksi bahwa total permintaan BBM subsidi akan melebihi alokasi anggaran sebesar 5,5 persen," ujarnya.

Main Series Bareng Nicholas Saputra, Lee Sang Heon Jadi Bisa Masak Orek Tempe
Booth Suzuki di IIMS 2024

Setengah Penjualan Suzuki Berasal dari Mobil Ini

PT Suzuki Indomobil Sales mengumumkan ada kenaikan penjualan 14 persen, di kuartal pertama 2024 dibandingkan bulan sebelumnya. Kenaikan ini didorong oleh beberapa faktor.

img_title
VIVA.co.id
27 April 2024