Analis: Rupiah Bakal Menguat Jika Harga BBM Naik

Seorang petugas bank menunjukkan uang kertas dolar AS dan rupiah beberapa waktu lalu.
Sumber :
  • VIVAnews/Muhamad Solihin

VIVAnews - Nilai tukar rupiah melemah dengan menyentuh level Rp12.000 per dolar AS, Kamis 18 September 2014. Kepala Riset Citibank, Ferry Wong, menilai rupiah akan menguat jika pemerintah berani membuat kebijakan untuk menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.

Tidak Fokus Berkendara, Pengendara Motor Tabrak BMW Seri 5

Menurut Ferry, jika anggaran negara tidak terbebani oleh subsidi, tingkat kepercayaan investor akan meningkat. "Kami prediksi hingga akhir tahun ini rupiah masih Rp12.000an. Mungkin setelah kenaikan harga BBM akan ada penguatan," ujar Ferry di Jakarta.

Kenaikan harga BBM bersubsidi, Ferry melanjutkan, akan mengurangi disparitas harga dengan harga keekonomiannya. Kondisi ini akan mengurangi kegiatan penyelundupan BBM bersubsidi sekaligus menurunkan keuntungan oknum pelakunya.

4 Tim Lolos 8 Besar Piala Asia U-23, Indonesia Siap Nyusul?

Dengan demikian, dia menambahkan, impor BBM bersubsidi pun akan mengalami penurunan. Hal ini dapat memberi dampak positif bagi beban neraca perdagangan RI.

"Impor minyak tetap tinggi, ya langkah alternatif harus ada secepatnya," kata Ferry.

Bikin Silau, Harga Emas Antam Kembali Tembus Rekor Tertinggi

Sentimen pelaku pasar dalam negeri, menurut dia, menyoroti isu kabinet pemerintahan baru. Apabila formasi kabinet mendatang dinilai punya performa yang baik, maka dampaknya pun akan positif terhadap pasar modal dan nilai tukar rupiah.

Pemerintah mendatang diharapkan meningkatkan kinerja ekspor dan mendorong industrialisasi dalam negeri agar pertumbuhan ekonomi bisa di atas 6-7 persen. "Kalau tidak ya begini terus. Ekonomi growth 6 sampai 7 persen," kata dia.

Pembengkakan utang swasta pun diprediksi masih ada dalam batas normal. Oleh karena itu, rencana pemerintah akan melakukan lindung nilai (hedging) rupiah dinilai bagus, karena dapat menjadi proteksi.

"Utang Indonesia masih kategori one of the lowest dibandingkan negara lain, kecuali China. Jadi tidak masalah. Ini lebih karena faktor eksternal, subsidi BBM yang besar, rupiah melemah," ujarnya.

Sementara itu, tingkat inflasi diprediksi 3,5 persen dan defisit neraca transaksi berjalan bergerak pada level 3,1 persen jika ada kenaikan harga BBM. Begitu pula untuk IHSG akan menurun, namun hanya dalam waktu 2-3 bulan.

"Sampai ada sentimen harga BBM naik, IHSG cover back. Tapi, kalau harga BBM naik Rp3.000 per liter, market akan turun sebentar, lalu naik lagi. Kalau naik Rp3.000 bagus sekali, inflasi 3,5 persen. IHSG bisa lewat 5.900. Kalau tidak dinaikkan Rp4.000-4.500," kata dia. (art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya