Waspada Kekeringan, Ini Cara Kabupaten Malang Naikkan Produksi Beras
- ANTARA FOTO/Dedhez Anggara
Dinas Pertanian Kabupaten Malang saat ini gencar memberikan penyuluhan pertanian melalui sekolah lapang. Sehingga, diharapkan petani mengikuti kemajuan di bidang teknologi pertanian yang selalu berkembang.
Dari total penduduk Kabupaten Malang, sekitar 80 persen bekerja di sektor pertanian. Diharapkan para pemuda juga bisa menjadi penerus orangtuanya yang bekerja sebagai petani.
"Para pemuda bisa mengembangkan pertanian di desanya. Tak perlu menjadi buruh pabrik di kota," kata Rendra.
Dengan menggunakan teknologi dalam pertanian, bobot padi semakin berat dan bulir padi semakin banyak. Menurut dia, ketahanan pangan menjadi ujung tombak program ketahanan nasional. Jika ketahanan pangan kedodoran maka akan menjadi ancaman dalam ketahanan nasional.
Petani pun diharapkan mengubah pola makan dengan mengurangi konsumsi beras. Sumber karbohidrat, menurut Rendra, bisa diganti dengan singkong, jagung, dan aneka jenis umbi-umbian.
Untuk memulihkan pasokan air irigasi, para petani diajak untuk lebih gencar menanam pohon. Tujuannya, untuk memulihkan sumber mata air agar air melimpah.
Sebagai contoh Desa Sidodadi, Kecamatan Gedangan, yang mengalami kekeringan karena sumber mata air mati. Sedangkan tanah bebatuan membuat sulit untuk ditanami. Namun, karena warga desa itu terus menanam pohon, hasilnya pohon hidup subur serta air mengalir melimpah.
Dikelola intensif
Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten, Tomy Herawanto, mengatakan pola tanam SRI terbukti mampu meningkatkan hasil produksi pertanian. Asal dikelola intensif dengan pupuk berimbang.
"Pupuknya menggunakan pupuk organik, selain ramah lingkungan juga bisa menghemat biaya produksi karena harganya sangat terjangkau, bahkan bisa dibuat sendiri," katanya.
Dinas Pertanian Kabupaten Malang menyerahkan bantuan alat pertanian kepada kelompok tani Sari Tani Desa Talangsuko. Berupa tiga traktor tangan, mesin menanam bibit padi dan mesin perontok padi.
Dengan menggunakan mesin perontok padi, jumlah kehilangan bulir gabah hanya lima persen. Sedangkan dengan cara konvensional kehilangan gabah mencapai 15 persen.
Ketua kelompok tani Sari Tani, Ahmad, mengatakan dengan cara penanaman model SRI, produksi gabah meningkat. Jika sebelumnya per hektare hanya menghasilkan enam ton gabah, dengan SRI panen bisa melonjak menjadi delapan ton.
"Penyuluhan dari pemerintah membantu transfer teknologi pertanian. Kami membutuhkan banyak pengetahuan dan dukungan modal alat untuk meningkatkan hasil panen," kata Ahmad. (ms)