Bank Indonesia: Kecenderungan BI Rate Naik Lebih Besar

Bank Indonesia
Sumber :
  • VIVAnews/Nurcholis Anhari Lubis
VIVAnews
Main Series Bareng Nicholas Saputra, Lee Sang Heon Jadi Bisa Masak Orek Tempe
- Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI), Mirza Adityaswara, mengungkapkan bahwa hingga 2016, BI hampir pasti tidak akan menurunkan suku bunga acuannya. Kecenderungan
BI rate
Terpopuler: Adu Laris Fortuner vs Pajero Sport, Shin Tae-yong Mudah Beli Palisade
dinaikkan lebih besar.
Terkuak, Ini Peran 5 Tersangka Barus Kasus Korupsi Timah

Mirza saat ditemui, Senin 22 September 2014 malam, mengungkapkan bahwa ada sejumlah tantangan yang akan dihadapi untuk memperkuat kemungkinan tersebut.


Salah satunya, rencana kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve pada tahun depan.


"Suku bunga di Amerika kemungkinan naiknya cepat, 0,25 persen bisa ke 1,75 persen pada tahun depan. Jadi, tidak bisa pakai naik atau tidak, tapi yang hampir pasti tidak turun," ungkapnya di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat, Jakarta.


Dia mengatakan, tantangan lainnya adalah inflasi tinggi yang ditimbulkan, apabila kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi diterapkan oleh pemerintah. Hal itu, karena menjadi salah satu indikator harus dinaikkannya
BI rate
adalah tingginya inflasi.


Potensi tingginya inflasi, menurutnya, lebih besar terjadi apabila BBM subsidi dinaikan akhir tahun ini, karena pengendalian inflasi mulai awal tahun akan lebih efektif.


"Misalnya ada kenaikan harga BBM subsidi, kalau memang suku bunga sekarang masih cukup, BBM subsidi naik Rp2.000 per liter. Tambahan inflasinya berapa, kan sekitar 2,2-2,3 persen. Dari perkiraan inflasi yang tahun depan itu kan,
BI rate
7,5 persen," imbuhnya.


Karena itu, menurutnya, kedua hal tersebut harus diantisipasi. BI akan terus berkoordinasi dengan pemerintah, sehingga tantangan-tantangan itu dapat teratasi dengan baik. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya