Orang Terkaya Arab di Antara Harga Minyak dan Ancaman ISIS

Pangeran Alwaleed bin Talal, salah seorang konglomerat Saudi yang ditahan karena korupsi dan akhirnya dibebaskan.
Sumber :
  • Reuters/Ahmed Jadallah
VIVAnews
PDIP Sumbar Menang Atas Gugatan dari Kader Sendiri
- Menatap seluruh langit di Riyadh, Anda tentu langsung memfokuskan perhatian pada bangunan yang paling mencolok.

Sambut Hari KI Sedunia, RuKI Bergerak Berikan Edukasi ke Seluruh Indonesia

Adalah Kingdom Center, bangunan yang menjulang tinggi di atas kota Riyadh, dengan bentuk lengkungan khas terbalik, setinggi 992 kaki di atas tanah. Bangunan mewah ini merupakan milik orang terkaya di Arab Saudi, yakni Pangeran Alwaleed bin Talal Al Saud.
Gasak Harta Majikan Saat Mudik Lebaran, Pria di Tangerang Ditangkap Polisi


Dikutip dari laman CNN
, Selasa 23 September 2014, jumlah kekayaan milik Pangeran Alwaleed, menurut
Forbes
diperkirakan mencapai US$20 miliar, sedangkan menurut
Bloomberg
mencapai US$30 miliar.


Di dalam gedung pencakar langit miliknya, terdapat Kingdom Holding, yang menjadi markas salah satu perusahaan investasi terbesar di negara itu.


Pangeran Alwaleed rencananya akan membuka pasar saham, yang secara lokal dikenal dengan Tadawul, khusus untuk investor asing tahun depan. Gagasannya tersebut menjadi awal era baru bagi pangeran terkaya yang fenomenal itu dan bisnis di Arab Saudi.


Pangeran Alwaleed memiliki saham di kelompok media besar, seperti
News Corp, Time Warner
(induk usaha
CNN
). Selain itu, dia memiliki saham di Walt Disney.


Kepemilikan sahamnya di Twitter juga melonjak menjadi US$300 juta hanya dalam waktu dua tahun, akibat melonjaknya harga saham media sosial itu.


Bagaimana dengan minyak? Seperti diketahui Arab Saudi menjadi salah satu eksportir minyak terbesar di dunia, namun Pangeran Alwaleed mengatakan, kini sudah saatnya raja-raja Arab mengevaluasi hal itu.


"Kekhawatiran terbesar adalah saat harga minyak turun. Saya selalu meminta pemerintah Arab Saudi untuk mengurangi ketergantungan dengan minyak, karena hingga hari ini, 90 persen anggaran tahunan Arab Saudi tergantung pada minyak. Selain itu, 50 persen dari produk domestik bruto (PDB) Arab Saudi juga didasarkan pada minyak," ungkapnya.


Ancaman ISIS


Awal tahun ini, Arab Saudi mengadakan latihan perang dengan 135.000 pasukan. Tetapi, di waktu yang sama kelompok militan Islamic State of Iraq and al-Sham (ISIS) kini tengah merajalela di Timur Tengah.


"Saya pikir Arab Saudi tidak akan terlibat langsung dalam pertempuran dengan ISIS di Irak atau Suriah, karena kelompok itu tidak benar-benar mempengaruhi Arab Saudi secara eksplisif," ujarnya.


"Setiap pembunuhan yang dilakukan ISIS memang sangat disayangkan, tetapi mudah-mudahan setiap kali itu terjadi, dunia akan bersatu untuk memberantas ISIS, penyakit yang menginfeksi Timur Tengah," paparnya. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya