Bongkahan Batu yang Dulang Rezeki

Bongkahan batu akik sebelum diolah
Sumber :
  • VIVAnews/Diki Hidayat

VIVAlife - Sekilas mirip batu kali yang digunakan untuk membangun rumah, namun saat diolah, batu tersebut bisa mendatangkan pundi-pundi hingga ratusan juta rupiah. Itu merupakan pengalaman Maman Sudarman (63), warga Desa Cimanganten, Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut, Jawa Barat. 

Kemenag Pastikan 75.572 Visa Jemaah Haji Reguler Indonesia Sudah Terbit

Pria pemilik galeri batu akik Garut "Al-Hijr" itu, piawai mengolah bongkahan batu jadi perhiasan berdaya jual tinggi.

Maman menceritakan bahwa bongkahan batu tersebut didapat dari para penggali batu di daerah Garut selatan, seperti dari Kecamatan Bungbulang, Caringin, Cisompet, Cihurip, Peundeuy, dan Kecamatan Singajaya. Dari para penggali batu, Maman menjual kembali kepada para penggemar batu, dalam bentuk bongkahan maupun sudah dibentuk batu cincin atau liontin.

Berteduh Sambil Main HP, 3 Anggota TNI Tersambar Petir di Dekat Mabes Cilangkap

"Ya, saya jual lagi batu ini, ada yang beli bongkahan atau batu akik yang sudah jadi cincin maupun liontin," ujar Maman, Senin, 29 September 2014 kepada VIVAlife.

Menurut Maman, bongkahan batu tersebut dijual per kilogram. Namun, batu yang sudah diolah, ia jual per buah atau per kodi (20 buah). 

Depok Masuk Aglomerasi DKJ, Wakil Wali Kota: Semoga Lebih Banyak Positifnya

Maman memilih untuk menghabiskan waktu guna berbisnis batu akik, karena selain memang pehobi batu yang dimulai sejak 1979, ternyata bisnis batu akik lebih menjanjikan. Dalam sehari, pensiunan pegawai BUMN itu bisa berpenghasilan hingga belasan juta rupiah, dengan jumlah produksi batu cincin dan liontin mencapai rata-rata 60 buah.

"Bayangkan saja, sehari bisa menghasilkan uang hingga belasan juta. Bahkan, saya pernah menjual batu akik dalam bentuk cincin ukuran 3x5 cm, seharga Rp63 juta, dan ada juga yang ditukar dengan satu unit mobil," ungkap Maman.

Saking banyaknya koleksi batu akik, Maman hingga tak mengetahui berapa total jumlah batu yang ia miliki. Karena, tiap hari Maman terus memproduksi cincin dan liontin, tiap hari pula batu koleksinya laku dijual.

"Waduh, jumlahnya tidak tahu, banyak lah, kantong-kantong sudah terisi, coba lihat saja di rumah," ucapnya, tertawa.

Batu Akik Edong

Maman mengakui bahwa dia merupakan salah satu penggemar batu akik "Edong", atau batu akik jenis pancawarna yang ditemukan oleh aki (kakek) Edong, warga asli Bungbulang, Garut, di masa lalu. 

Batu tersebut banyak diburu karena punya motif dan warna yang sangat indah. Bahkan, nama batu Edong ini populer di kalangan pehobi batu baik di Indonesia maupun hingga ke mancanegara.

"Jadi, batu Edong ini sudah mendunia, penemunya aki Edong, asli warga Bungbulang Garut," papar Maman.

Namun, Maman menyayangkan pihak Pemerintah Kabupaten Garut yang hingga saat ini belum peduli terhadap pengembangan usaha batu akik dan memberikan penghargaan kepada para penemu batu yang saat ini ikut mengharumkan nama Garut di tingkat nasional maupun internasional.

Hal tersebut menyebabkan investor batu akik Garut sebagian besar merupakan orang-orang yang berduit dari luar kota. Sementara itu, warga dan Pemerintah Kabupaten Garut hanya menjadi penonton.

"Pada pameran batu akik Nusantara di Jakarta beberapa hari lalu, para peserta pameran dari berbagai daerah di Indonesia, 70 persen di antaranya menampilkan batu-batu asal Garut, sedangkan warga Garutnya tersisihkan," lanjut Maman.

Oleh sebab itu, Maman berharap Pemerintah Kabupaten Garut lebih peduli terhadap pengembangan batu akik Garut. Karena, untuk menggali potensi alam tersebut, selain dibutuhkan modal yang cukup besar, juga diperlukan SDM untuk pengolahan batu mentah hingga menjadi cincin dan liontin.

"Jujur saja, di Garut sangat kurang orang yang ahli untuk memoles batu, dari bentuk bongkahan hingga jadi cincin dan liontin. Seharusnya, pemerintah Garut mengupayakan pelatihan pengolahan batu, karena memang dalam pengolahan batu dibutuhkan skill yang baik," tuturnya. (art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya