BI: The Fed Ingin Naikkan Suku Bunga Buat Investor Panik

Agus Martowardojo
Sumber :
  • VIVAnews/Adri Irianto

VIVAnews - Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo menyampaikan bahwa rencana The Fed menaikkan suku bunganya lebih cepat dari yang semula dijadwalkan, yaitu pada semester II tahun 2015 mendatang, menjadi pemicu utama mata uang rupiah melemah belakangan ini.

Memperingati Hari Kekayaan Intelektual Sedunia: Menghargai Kreativitas dan Inovasi

Menurut Agus, isu ini memicu eksodus modal asing (outflow) dan likuiditas di pasar keuangan global. Sehingga, mata uang dolar mengalami kenaikan nilai tukar di seluruh dunia, termasuk kawasan negara-negara berkembang, atau emerging markets.

"Pasar merespons hal itu dan langsung terjadi outflow yang menyebabkan, tekanan terhadap nilai tukar. Sejak awal tahun hingga saat ini, rupiah menglami depresiasi sebesar 0,16 persen," ujar Agus di Jakarta, Rabu, 1 Oktober 2014.

Kantor LPS Bakal Hadir di Medan, Diresmikan 3 Mei 2024

Selain itu, ia melanjutkan, dengan kondisi pasar keuangan Indonesia yang belum sepenuhnya stabil, ketika ada permintaan dolar dalam jumlah besar langsung membuat rupiah tertekan amat dalam.

"Saat ini, pasar valuta asing Indonesia per hari baru mencapai US$5 miliar. Jauh di bawah Malaysia dan Thailand yang mencapai US$12 miliar dan US$11 miliar," kata Agus.

MAKI Kirim Surat ke Nurul Ghufron, Minta Bantuan Mutasi ASN di Papua ke Jawa

Hal ini, ia menambahkan, juga merupakan tantangan dari sisi global yang harus diemban pada pemerintahan baru mendatang yang akan dipimpin oleh Joko Widodo-Jusuf Kalla.

"Karena, jika The Fed akan menaikkan suku bunga, itu membuat investor yang ada di negara berkembang melakukan perencanaan lain untuk menarik dananya kembali ke Amerika. Bahkan, ancaman kebijakan The Fed tersebut sudah mulai terlihat. Beberapa waktu terakhir, rupiah mengalami depresiasi yang cukup dalam menembus level Rp12.000 per dolas AS," kata Agus.

Dengan demikian, menurut dia, untuk mencapai pertumbuhan perekonomian yang sebesar tujuh persen seperti pada visi misi pasangan presiden terpilih Jokowi-Jk, dapat terealisasi pada tahun 2019 mendatang.

"Kalau mau mencapai pertumbuhan ekonomi tujuh persen itu kemungkinan di tahun 2018 atau 2019. Kalau dalam waktu tiga tahun, kami melihat agak berat," kata Agus. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya