Saham Blue Bird Sulit Diprediksi, Ini Alasannya

Sedan Almera jadi armada taksi Blue Bird
Sumber :
  • VIVAnews/Herdi Muhardi

VIVAnews - Pengamat pasar modal, Teguh Hidayat menilai, pergerakan harga saham PT Blue Bird Tbk (BIRD) akan sulit diprediksi. Hal ini, karena melihat dari profil penjamin emisi (underwriter) perseroan yang lebih banyak dipegang pihak asing.

Teguh mengungkapkan, dua dari total tiga underwriter perseroan adalah pihak asing.

Kolaborasi Prabowo dan Raja Yordania, TNI Berhasil Kirim Bantuan RI ke Gaza via Udara

"Jadi, tidak mengherankan kalau peminat saham ini saat listing didominasi oleh investor asing dibandingkan lokal," ujarnya kepada VIVAnews, Kamis 6 November 2014.

Selain itu, ia menerangkan, dengan kondisi tersebut justru saham berkode BIRD itu tidak bisa dianalisa secara teknikal, karena semua tergantung pada bandarnya.

"Sekarang tinggal bandarnya saja, berhubung sahamnya dipegang oleh pihak-pihak tertentu. Kalau memang harganya terus naik, ya bisa saja memang sedang dimainkan terus di harga atas. Kalau pun dari logika, investor juga bisa menebak saham ini ada yang mengelola," kata dia.

Di sisi lain, Teguh mencontohkan, saat PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO) mencatatkan saham perdananya pada tahun lalu, menunjukkan peningkatan saham perdana yang tidak masuk akal.

Menurut dia, secara teori, seharusnya harga saham mengalami penurunan, tetapi yang terjadi sebaliknya.

"Harga perdana SILO Rp9.000 dengan aset perseroan yang kurang dari Rp1 triliun. Perusahaannya juga tidak terlalu istimewa, tetapi malah naik terus. Malahan, terakhir sudah menyentuh di level Rp15.000," jelasnya.

Di samping itu, sebelum melangsungkan IPO, Group LIPO sebagai pemilik SILO memberikan sebesar 40 persen sahamnya kepada investor Hong Kong. "Di sinilah terlihat, pihak asing yang bisa jadi pemain internal dari SILO lalu menjaga sendiri harganya," ungkapnya.

Seperti diketahui, Blue Bird melakukan pencatatan saham perdana (listing) pada Rabu 5 November 2014. Saat listing, saham dilepas dengan harga Rp7 ribu per lembar saham.

Di Bursa Efek Indonesia, tercatat penjualan saham terendah mencapai Rp6.900 per lembar dan tertinggi Rp7.200 per lembar saham yang diperdagangkan 73 kali dengan volume 2.200 lot.

Total transaksinya mencapai Rp8 miliar dan sempat berada di angka Rp7.500, dengan volume 2.800 lot dan total transaksi mencapai Rp10 miliar. Harga saham ini juga sempat menyentuh angka Rp8 ribu per lembar saham.

Perusahaan transportasi ini melepas 376,5 juta lembar saham, atau 15 persen dari total saham yang dipunyanya kepada publik. Harga saham perdananya dilepas dengan harga Rp6.500 per lembar saham.

Adapun yang bertugas sebagai penjamin emisi IPO perseroan, antara lain PT Danareksa Sekuritas, PT Credit Suisse Securities Indonesia, dan PT UBS Securities. Total dana yang dihimpun adalah sebesar Rp2,44 triliun.

Prediksi saham BIRD

Pada perdagangan Rabu 6 November 2014, secara volume saham BIRD masih berpotensi naik. Pada penutupan kemarin, saham BIRD berakhir menguat sebesar 14,62 persen di level Rp7.450.

"Penutupan kemarin, saham BIRD berada di harga rata-rata pasar 7.650. Hari ini, diprediksi masih berpotensi naik di kisaran harga 7.450-7.650," kata Andre Mahardika, pengamat pasar modal kepada VIVAnews, Kamis 6 November 2014. (asp)

Sering Diabaikan, Ini 5 Manfaat Lakukan Scaling Gigi
Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum, PT PLN

39 Unit SPKLU PLN di Sepanjang Tol Trans Sumatra Siaga Layani Pemudik, Ini Titik Lokasinya

PT PLN (Persero) menyiagakan 1.299 unit Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) yang tersebar di seluruh tanah air untuk periode mudik lebaran tahun 2024

img_title
VIVA.co.id
9 April 2024