Petani Ini Kembangkan Padi Tahan Perubahan Iklim dan Hama

Petani memotong batang padi
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Dedhez Anggara
VIVAnews
Catherine Wilson Tuntut Nafkah Rp100 Juta Per Bulan, Idham Masse Ungkap Hal Mengejutkan
- Perubahan iklim yang tak menentu menyebabkan terjadinya gagal panen. Belum lagi adanya serangan hama pada tanaman padi.

3.37 Mln Hectares Palm Plantation Inside Forest Area, KLHK Identifies

Hal itulah yang mendorong petani di Kabupaten Bantul, DIY, untuk mencoba padi varietas lain yang lebih tahan terhadap perubahan iklim yang ekstrem dan lebih tahan terhadap serangan hama, serta tidak membutuhkan pupuk kimia dalam jumlah banyak.
AC Milan Jangan Gegabah Ganti Pioli dengan Conte


Petani di Dusun Sindet, Kecamatan Jetis, Kabupaten Bantul yang merupakan petani pada lahan tadah hujan, mulai mencoba bibit padi MSP (Mari Sejahterakan Petani) yang lebih tahan terhadap kekeringan, lebih tahan terhadap hama, membutuhkan pupuk kimia yang lebih sedikit, dan produksi padi yang lebih banyak dibandingkan varietas padi yang selama ini ditanam petani seperti IR 64 ataupun Ciherang.


"Bibit padi varietas MSP ini produksinya bisa jauh lebih tinggi dari varietas IR64 atau pun Ciherang. Jika IR64 atau Ciherang dalam 1 hektarenya menghasilkan 7 ton gabah kering panen, maka MSP mampu menghasilkan di atas 8 ton per hektarenya, bahkan jika perawatan sangat bagus bisa mencapai 10 ton per hektarenya dengan masa tanam sekitar 85 hari," kata Wisnu, salah seorang petani di Dusun Sindet, Kecamatan Jetis, Kabupaten Bantul, DIY, Selasa 11 November 2014.


Menurut Wisnu, penggunaan bibit MSP oleh petani juga akan mengembalikan kesuburuan tanah dengan kecukupan unsur hara yang saat ini semakin tipis, akibat diterapkannya revolusi hijau selama Presiden Soeharto berkuasa di Indonesia.


"Ketika kebutuhan pupuk kimia semakin sedikit dan lebih banyak menggunakan pupuk organik, maka kesuburan tanah akan kembali lagi meski dibutuhkan waktu yang tidak singkat," jelasnya.


Dia menambahkan, penggunaan bibit padi MSP jelas akan mendorong percepatan swasembada pangan, karena sangat cocok pada lahan tadah hujan yang hanya dapat ditanami padi sekali dalam satu tahun, terutama saat musim hujan.


"Ketika musim kemarau, petani masih dapat menanam padi, maka produktivitas padi akan semakin meningkat dan swasembada pangan terutama padi akan lebih cepat tercapai," ungkapnya.


Suharsono, pendiri sekaligus Ketua Gerakan Makaryo Bangun Desa yang memprakarsai penggunaan bibit padi MSP, mengatakan selain bersahabat dengan musim kemarau, bibit padi MSP juga dapat memperbaiki kondisi tanah.


Sebab, bibit ini membutuhkan pupuk organik agar menghasilkan panen melimpah. "Penggunaan pupuk organik terus menerus akan memperbaiki kondisi tanah. Petani tidak perlu khawatir jika pupuk kimia langka," ujarnya.


Menurut Suharsono, wilayah Sindet merupakan
pilot project
penggunaan bibit MSP di Bantul. Ke depan, pihaknya akan memperluas sasaran terutama untuk lahan tadah hujan.


"Kami juga akan memberikan pendampingan agar hasil panen mereka berkualitas," tegasnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya