Ingin Kaya? Jangan Cintai Uang

Ilustrasi uang rupiah
Sumber :
  • iStock

VIVAnews - Apabila kita ingin mengerti aliran uang maka langkah pertama adalah jangan mencintai uang. Hal ini dikatakan pakar entrepreneur Goenardjoadi Goenawan mengatakan kepada VIVAnews, Selasa, 18 November 2014.

Dia mencontohkan, apabila Anda suka dengan selingkuhan, pasti selingkuhan Anda makin membangkang. "Demikian pula dengan uang semakin Anda menginginkannya semakin dia menjauh," katanya.

Uang itu, berapa pun jumlahnya ada yang positif dan negatif. Coba pelajari pemasukan dan pengeluaran Anda. Seberapa pun besarnya gaji, maka pengeluaran pun akan membesar. Alhasil jumlah nettonya bisa negatif.

Oleh karena itu untuk mengerti aliran uang buatlah aliran positif. Anda bisa membuat mirip pengairan taman. Buatlah selokan air, lihatlah apakah selokan air Anda akan mengalir air ke taman atau malah sebaliknya, negatif mengalir ke tempat lain.

Contoh lain, Anda mendapatkan order catering ulang tahun seharga Rp15.000, bisakah Anda menemukan bahan baku dan biaya lebih rendah daripada Rp10.000? Bila iya, Anda sudah paham profit.

Bila ternyata order Anda nilainya di bawah seluruh biaya pengeluaran, itu namanya bisnis Anda merugi. Simpel.

Bila bisnis Anda profit maka inilah opportunity bagi seluruh masyarakat umum. Itu yang terjadi pada KFC, McDonald, Hoka-hoka Bento, maupun restoran Korea Haesanmul Gansig.

Anda akan paham bagaimana aliran uang bila Anda setia dengan uang. Cobalah Anda melakukan bisnis saat ini. Catering, misalnya. Order hari ini Rp450 ribu berapa pengeluaran Anda hari itu? Bila Anda masih suka shopping maka mustahil Anda mengerti aliran uang.

Selagi Anda mengerjakan bisnis catering, lalu Anda shopping dan menunggu investor, maka waktu akan berjalan lambat, dan bisa mengakibatkan keuangan yang fatal. Namun bila Anda setia dengan uang, waktu akan menjadi cepat. Uang menarik uang lainnya. Bila keuangan Anda negatif, maka style Anda seperti doyan uang. Bila keuangan Anda positif, maka dunia akan tertarik dengan gaya Anda.

Jika sudah seperti ini, Anda akan paham dan meneliti uang sampai sekecil Rp100. Anda bisa menyelami lika-liku cost production dan saving. Anda akan mengerti biaya cost bisa diturunkan separuh bahkan menjadi sepertiga.

Berikut perbedaan cara pandang orang kaya dan orang miskin:

Orang kaya

Menlu Retno Disarankan Segera Kontak Iran Agar Tidak Serang Balik Israel

Mengerti cost saving, lika-liku mendapatkan cost yang murah, dan dia akan terpatok pada harga cost.

Orang miskin

Biasanya shopping kemahalan. Dia terpatok pada harga konsumen. Makanya omzet perusahaan tidak bisa secepat omzet Carrefour. Omzet Carrefour dikalkulasi dengan harga eceran. Omzet pabrik dihitung dengan harga grosir.

Orang kaya

Cara Hapus Jejak Digital, Cocok buat yang Suka Buka Situs Berbahaya

Dia akan setia dengan uang. Mampu meredam keinginan untuk shopping. Dia menyukai lika-liku aliran profit.

Orang miskin

Menyukai shopping. Dia ingin merasakan menjadi King. Customers is King. Maka dia suka dilayani dengan barang barang bermerek.

Orang kaya

Mansory Sulap Vespa Elettrica Menjadi Skuter Mewah

Mengutamakan barang-barang fungsional. Melihat jam tangan dari sisi model, kegunaan, manfaat.

Orang miskin

Mengutamakan gaya hidup. Merasa kelasnya selalu di atas orang lain. Kalau saldo Anda di bank sebesar Rp5 miliar maka Anda tidak akan mempersoalkan jam tangan atau sepatu Anda, bukan?

Orang kaya

Melihat uang sebagai alat produksi. Uang sebagai bahan seperti bahan baku, bahan packaging, dan bahan upah.

Orang miskin

Melihat uang sebagai kebutuhan, seperti oksigen di tengah tengah orang tenggelam. Seberapa pun oksigen yang ada akan dihabiskan. Bila mental Anda masih suka shopping, selamanya Anda tidak bisa mengendalikan uang. Seperti penjudi tidak bisa terbebas dari kecanduan.

Untuk bisa terbebas dengan kecanduan uang Anda coba dulu diet atau berhenti merokok. Bila Anda tidak bisa diet gula karena diabetes, maka jangan coba-coba menghilangkan kecanduan uang. Mustahil.

Namun pada akhirnya ketika Anda memahami aliran uang, Anda akan menjadi pengendali gaya hidup masyarakat. Andalah yang membentuk trend setters.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya