Semester II/2015, Nilai Tukar Rupiah Diprediksi Mulai Menguat

Ilustrasi uang rupiah
Sumber :
  • iStock
VIVAnews
Anak Buah SYL Video Call Bahas 'Orang KPK' dan 'Ketua': Siapin Dolar Nanti Kami Atur
- Alexander Eric Sugandi, ekonom Standart Chartered Bank Indonesia, memperkirakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat baru mulai menguat di semester II/2015, menyusul adanya rencana Federal Reserve menaikan suku bunga dan naiknya harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.

5 Fakta Mengerikan Jelang Duel Brighton vs Manchester City di Premier League

Sebelumnya, sempat muncul kekhawatiran bahwa menguatnya nilai tukar dolar AS terhadap mata uang mitra dagang utamanya akan memicu The Fed menaikkan suku bunga lebih cepat dari yang diperkirakan pasar.
Ngeri! Penampakan Angin Puting Beliung 'Hadang' Nelayan di Perairan Madura

 
"Kami yakin, akhir semester dua tahun depan, rupiah kembali menguat," kata Eric, Kamis 20 November 2014.
 

Dia menyebut, di akhir semester II/2015, rupiah akan mulai menguat dan bertengger di level Rp11.900 per dolar AS. Intinya, nilai fundamental rupiah pada tahun ini masih tetap di kisaran Rp12.200-12 ribu per dolar AS.


“Susah untuk bisa mencapai Rp11 ribu per dolar AS pada tahun ini. Rupiah baru akan menguat di akhir semester II tahun depan di kisaran Rp11.900 per dolar AS,” jelasnya.

 

Meski demikian, dia tetap mengingatkan, sampai dengan pertengahan tahun 2015, pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS masih akan tertatih-tatih di kisaran Rp12 ribu per dolar AS.


Ditambahkan, kondisi pasar finansial sampai tahun depan masih mengalami banyak hambatan yang akan berdampak pada pelemahan nilai tukar rupiah.


"Salah satunya tadi itu, kekhawatiran kenaikan suku bunga yang akan diberlakukan Amerika Serikat lebih cepat dibanding ekspektasi pasar,” tuturnya.


Faktor penekan rupiah


Dia mengungkapkan, pada 2009-2010, banyak uang dari negara maju mengalir dan masuk ke
emerging market
, seperti Indonesia, akibat negara maju tersebut mengalami krisis. Di sisi lain, kondisi perekonomian negeri Paman Sam sudah mulai pulih.


“Sehingga, ada kekhawatiran pasar Amerika akan segera menaikkan suku bunganya. Belum lagi, suntikan dana dari Bank Sentral Amerika juga sudah mulai dikurangi dan berakhir di November ini. Ini akan menjadi tekanan, tidak hanya kepada rupiah, melainkan juga pada
emerging market
yang lain,” ungkapnya.


Sementara itu, faktor lain yang ikut menekan nilai tukar rupiah adalah defisit transaksi berjalan Indonesia. Ini bisa terjadi, jika kebijakan Bank Indonesia tidak sangat ketat untuk mempertahankan nilai tukar rupiah di level tertentu.


Dengan kondisi tersebut, prediksi nilai tukar rupiah hingga akhir 2014, masih akan bertengger di level Rp12.200 per dolar AS. Pelemahan rupiah ini akan semakin tersungkur saat akhir semester I/2015, bisa dikisaran Rp12.500 per dolar AS.


"Sekali lagi, prediksi kami, rupiah akan mulai terangkat dan menguat pada semester II tahun depan. Karena defisit transaksi berjalan semakin mengecil, dari posisi saat ini yang mencapai 2,9 persen dan di akhir tahun 2014 menjadi 3,3 persen dan menuju 2,1 persen di semester II tahun depan,” paparnya. 


Ekonomi 2015 diprediksi melambat


Terkait pertumbuhan ekonomi Indonesia, Eric mengungkapkan, melihat gelagatnya, diperkirakan sampai akhir 2014 akan mencapai 5,1 persen. Sedangkan tahun depan, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih sedikit melambat dengan kenaikan prosentase sebesar 5,2 persen.

 

"Pelambatan ini jauh dari ekspektasi pemerintah dan asumsi APBN (anggaran pendapatan dan belanja negara) yang menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,8 persen. Tentu saja, ini akibat pengaruh kenaikan BI rate pada realisasi investasi yang masuk ke Indonesia juga sedikit melambat,” ujar‎nya. (ren)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya