Tiga Isu Penting Ekonomi Asia yang Harus Dicermati Pekan Ini

Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe
Sumber :
  • REUTERS/Toru Hanai

VIVAnews - Menjelang berakhirnya bulan November, para investor semakin antusias mengikuti perkembangan pasar. Tampaknya, sebagian besar menantikan bulan Desember yang merupakan musim 'Reli Santa', berharap keberuntungan ada di pihak mereka.

Namun, menarik untuk dicermati, apa saja yang menjadi perhatian di Asia pada pekan ini.

Seperti diberitakan CNBC, Senin 23 November 2014, berikut adalah tiga isu penting di Asia yang tidak boleh dilewatkan:

Jepang


Investor masih wait and see atau menanti, bagaimana pertumbuhan ekonomi di kuartal keempat. Hal ini, seiring dengan kekhawatiran yang muncul akibat data-data perekonomian yang kurang baik, seperti data mengejutkan pekan lalu di mana produk domestik bruto (GDP) kuartal ketiga tahunan menurun menjadi 1,6 persen.

Ini, menunjukkan ekonomi berada dalam teknis resesi. Rapor merah tersebut, mendorong Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe menunda kenaikan pajak penjualan kedua dan menyerukan adanya pemilihan umum.

Data-data utama yang dinantikan investor, antara lain inflasi, pengeluaran rumah tangga, penjualan ritel dan output industri untuk bulan Oktober yang dijadwalkan akan dirilis pada hari Jumat.

Moody Analytics memperkirakan, inflasi konsumen akan melambat di Oktober dan meragukan kemampuan Bank Sentral Jepang (BOJ) untuk mencapai inflasi sebesar 2 persen pada tahun depan.

Selain itu, investor juga mencermati rilis data dari BOJ yang berjanji menaikan tingkat moneter tahunan sebesar 80 triliun yen, lebih besar dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 65,75 triliun yen.

India dan Singapura

Data pertumbuhan ekonomi India akan dirilis pada hari Jumat. Moodys Analytics memproyeksikan, ekonomi negara berkembang terbesar ketiga tersebut akan melambat menjadi 5,3 persen dibandingkan periode Januari hingga Maret yang mencapai 5,7 persen.

Sementara, para pengamat ekonomi memperkirakan, ekonomi Singapura akan tumbuh lebih dari 2,5 persen, dibandingkan kuartal ketiga tahunan. Angka ini, lebih baik dari kuartal kedua yang sebesar 2,4 persen.

Pertemuan OPEC

Harga minyak yang tidak menunjukkan tanda-tanda perlambatan, mendorong para pelaku pasar mengamati dengan seksama pertemuan OPEC di Wina, Kamis 27 November 2014.

Meskipun demikian, para analis beranggapan keputusan mengurangi produksi minyak adalah sesuatu yang tidak mungkin terjadi.

Kepala Bidang Penelitian Minyak dan Gas JP Morgan, Scott mengatakan, ada kemungkinan pemotongan sebesar 55 persen, meski masih dilanda keraguan apakah itu akan terealisasi melalui pertemuan OPEC. "Semuanya masih dalam posisi menunggu. Jadi kita lihat saja perkembangannya nanti," ujarnya.

Seperti diketahui, harga minyak dunia telah mengalami penurunan, sejak mencapai puncaknya pada bulan Juni.

Dari sekitar US$115 per barel, minyak mentah Brent telah menyusut sekitar sepertiga dari harga dan diperdagangkan di dekat level terendah empat tahun pada akhir pekan kemarin, Jumat 21 November 2014 di US$79 per barel.

Badan Energi Internasional (BEI) mengungkapkan lemahnya permintaan di tengah menguatnya mata uang dolar Amerika Serikat (AS) dan meningkatnya produksi minyak AS adalah tiga alasan utama dibalik merosotnya harga minyak dunia.

BACA JUGA:

Ini Dia Keunggulan Truk Listrik MAB Dibandingkan Truk Diesel yang Perlu Diketahui

Top Trending: Jerome Polin Jadi Sasaran Netizen hingga Imam Masjidil Haram Cari Kuliner Indomie
Arab Saudi Dilanda Hujan Deras

Arab Saudi Dilanda Hujan Deras, Makam Nabi Muhammad Terkena Dampaknya

Hujan deras dan badai yang melanda Arab Saudi dalam 24 jam terakhir menyebabkan banjir dan kerusakan yang meluas, pihak berwenang kini membantu daerah yang terkena dampak

img_title
VIVA.co.id
2 Mei 2024