Tiongkok Turunkan Suku Bunga, Brent Bertahan di Atas US$80/Barel

Pekerja di suatu kilang minyak.
Sumber :
  • REUTERS
VIVAnews
Kubu Anies dan Ganjar Ingin Hadirkan Menteri jadi Saksi di MK, Airlangga Hartarto Beri Jawaban
- Pasar minyak stabil pada awal perdagangan di bursa Asia, Senin 24 November 2014. Harga minyak jenis Brent, sebagai patokan berada di atas level US$80 per barel, menyusul reli Jumat atas penurunan suku bunga di Tiongkok, dan dibarengi isu penurunan produksi minyak yang diusulkan para anggota Asosiasi Negara Pengekspor Minyak (Organization of Petroleum Exporting Countries/OPEC).
Berduka Atas Meninggalnya Ayah Nassar, Inul Daratista Beri Doa Terbaik

Seperti diberitakan
Live World Boxing Welter Super WBO dan WBC, Tszyu vs Sebastian Fundora Tayang Akhir Pekan di tvOne
CNBC, bursa saham Asia dan nilai tukar dolar AS menguat pada awal perdagangan Senin, dipicu oleh harapan pertumbuhan global yang meningkat, setelah Tiongkok mengumumkan penurunan suku bunga acuan. Selain itu, Bank Sentral Eropa mengindikasikan akan menambah stimulus moneternya dalam pembelian aset untuk meningkatkan laju perekonomian zona euro.


Setelah menguat pada Jumat pekan lalu, Brent stabil pada perdagangan di bursa Senin. Para analis menyatakan bahwa suplai dan permintaan secara fundamental cenderung jadi penghalang harga minyak melakukan reli lebih lanjut.


Brent diperdagangkan pada level US$80,43 per barel, naik hanya 0,07 sen dari pijakan awalnya. Namun, Brent sempat naik US$2,28 dengan mencapai level tertinggi pada harga perdagangan US$81,61. Minyak mentah AS diperdagangkan datar sekitar US$76,50 per barel.


Kejutan suku bunga Tiongkok dinilai mendorong kenaikan harga komoditas. "Namun, permintaan domestik yang lemah dan ketatnya syarat kredit di negara itu, kemungkinan akan terus membebani sentimen," ujar analis dari ANZ Bank.


Pasar akan fokus pada isu pertemuan OPEC yang akan memangkas produksi minyak, terkait kelompok produsen minyak itu akan menggelar pertemuan di Wina, Austria pada 27 November mendatang. Usulan pemangkasan produksi ini mencuat, setelah harga minyak jatuh yang terjadi akhir-akhir ini telah memukul pendapatan ekspor minyak 12 anggota OPEC.


Sejak Juni, harga minyak kehilangan sekitar 30 persen dari nilainya, dengan Brent jatuh dari level US$115 per barel ke US$80 per barel.


Anggota OPEC yang mendukung usulan pemangkasan produksi minyak antara lain Iran, Libya, dan Venezuela. Mereka mendesak rekan-rekannya sesama produsen minyak mentah untuk mendukung opsi ini, agar harga minyak pulih dari kejatuhannya. Sementara itu, Kuwait menyatakan pengurangan produksi minyak merupakan pilihan yang tidak mungkin dilakukan saat ini.


Kunci kesepakatan OPEC terkait opsi pemangkasan produksi ini, kini berada di tangan Arab Saudi, selaku eksportir minyak terbesar di dunia.


Baca juga:


(asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya