Usaha HTI di Indonesia Terancam Hancur, Ini Penyebabnya

hutan
Sumber :
  • Wallpaperswide

VIVAnews - Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) menilai bahwa Indonesia seperti negara tidak berdaulat. Penyebabnya, selama ini Indonesia selalu menurut pada tekanan kampanye hitam Non Govermental Organization (NGO) dan pihak asing.

APHI mencontohkan, komoditas pulp dan kertas Indonesia tidak bisa diekspor ke Eropa dan Amerika, karena harus dilengkapi sertifikat Forest Stewardship Council (FSC). Padahal, hal itu sesuatu yang tidak mungkin.

Sebab, salah satu syarat mendapatkan sertifikat FSC itu, yakni akasianya harus ditanam di lahan HTI (hutan tanaman industri) yang dibangun sebelum tahun 1994.

"HTI yang dibangun sebelum tahun 1994, hanya ada di di negara-negara maju. Di Indonesia mana ada. Ini kampanye yang sangat diskriminatif. HTI di Indonesia baru berkembang di atas 1994. Jadi, sampai kapan pun industri pulp dan kertas Indonesia tidak bisa mendapat sertifikat itu," ungkapnya kepada VIVAnews, usai jadi pembicara pada Sarasehan Pengelolaan Gambut Lestari di Riau, Selasa 25 November 2014.

Selain itu, lanjutnya, pemerintah Indonesia saat ini lebih mendengarkan NGO dibandingkan pihak anak bangsa sendiri. "APHI saja mau bertemu menteri susah. Selalu diundur-undur. Sedangkan NGO hanya dua hari, langsung bisa," keluhnya.

Prospek HTI

APHI tidak bisa membayangkan, apa jadinya ekonomi Indonesia di bidang HTI bila pemerintah selalu menurut dengan tekanan pihak asing tersebut.

Hal senada juga disampaikan Sekjen Himpunan Ilmu Tanah Indonesia (HITI), Suwardi. Menurut dia, industri sawit dan bubur kertas Indonesia selalu menjadi sasaran kampanye hitam penggiat lingkungan asing di dunia internasional.

"Pengembangan lahan gambut untuk HTI jenis akasia dan perkebunan sawit mempunyai prospek yang sangat baik di Indonesia. Akasia tumbuh sangat cepat di lahan gambut dan dapat dipanen dengan siklus 4-5 tahun. Sementara itu, di daerah sub tropis, seperti di Eropa butuh waktu 20 hingga 30 tahun untuk memproduksi volume kayu yang sama dengan di Indonesia," ujarnya.

Begitu juga halnya dengan sawit, yang dapat menghasilkan empat sampai lima ton minyak per hektare dalam satu tahun.

Sedangkan di lahan yang lebih subur, dengan luas yang sama di daerah Eropa, Suwardi mengungkapkan, hanya menghasilkan 0,5 ton minyak dari kedelai per hektare dalam setahun.

"Karena itu, kedua komoditas andalan Indonesia ini, merupakan ancaman bisnis terbesar bagi Eropa dan Amerika. Makanya, selalu dikampanyekan negatif," tambahnya.

BACA JUGA:

KPK Ungkap Background Pejabat Pemilik Aset Kripto Miliaran

(asp)

Kejuaraan Golf Internasional, Pj Gubernur Sumut Optimis Jadi Ajang Pembinaan Atlet
Brigade al-Quds Brigade Tulkarm, Mohammad Jaber atau Abu Shujaa

Dikira Tewas oleh Israel, Komandan Al Quds Abu Shujaa Tiba-tiba Muncul di Pemakaman

Komandan kelompok bersenjata Palestina Al-Quds, Brigade Tulkarm di Tepi Barat, Abu Shujaa yang diberitakan telah terbunuh oleh pihak Israel pekan lalu, tiba-tiba muncul.

img_title
VIVA.co.id
24 April 2024