10 Kegagalan Ekonomi Era SBY Versi INDEF

Kepadatan Kawasan Ibukota Jakarta
Sumber :
  • VIVAnews/Fernando Randy

VIVAnews - Ada sepuluh indikator ekonomi yang gagal diperbaiki Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) selama satu dekade pemerintahannya.

Riset Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), menyebut kegagalan SBY tersebut antara lain, makin besarnya ketimpangan ekonomi, turunnya kontribusi industri pada PDB, dan defisit neraca perdagangan.

Inefisiensi ekonomi, rasio pajak, dan utang negara juga dianggap INDEF sebagai kegagalan SBY. Selain itu, SBY dinilai gagal lantaran APBN tak proporsional. 
 
Direktur Eksekutif INDEF, Ahmad Erani Yustika mengambil contoh jurang miskin dan kaya. Dia merujuk Rasio Gini,
ratio yang mengukur ketimpangan nilai sesuai dengan distribusi frekuensinya, dan sering dipakai untuk mengukur ketimpangan pendapatan rakyat suatu negara atau daerah, yang meningkat 0,5 persen. "Jika pada 2004 sebesar 0,32 persen, tahun 2013 menjadi 0,41 persen," ujarnya.

Kontribusi sektor industri terhadap produk domestik bruto (PDB) juga dinilai terus anjlok. Pada 2004, sumbangan industri terhadap PDB nasional sebesar 28 persen, namun di 2013, konstribusinya hanya sebesar 23,5 persen.

Akan halnya dengan defisit neraca perdagangan, dari surplus US$25,06 miliar pada 2004, menjadi defisit US$4,06 miliar pada 2013. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak dibarengi penciptaan lapangan kerja.

"Sehingga, elastisitas satu persen pertumbuhan dalam membuka lapangan kerja, turun dari 436 ribu menjadi 164 ribu atau turun 272 ribu," ujarnya.

Megawati Belum Putuskan soal Usulan Kerja Sama dengan Prabowo

Keberhasilan SBY

Meski begitu, pengamat Ekonomi INDEF lainnya, Eny Sri Hartati justru mengungkap ada enam indikator ekonomi yang mengalami perbaikan pada periode pemerintahan SBY.

Enam keberhasilan perbaikan indikator ekonomi era SBY, yaitu, angka pertumbuhan ekonomi rata-rata 5-6 persen. Peranan investasi juga meningkat dari 23 persen menjadi 31 persen, dengan pertumbuhan yang terus naik.

Kemudian, kinerja perbankan terus membaik, perkembangan aset rata-rata tumbuh 16,44 persen. Semenetara DPK tumbuh 15,88 persen serta kredit naik 21,62 persen. Perbaikan lainnya adalah persentasi kemiskinan yang menurun dari 16,66 persen pada 2004 menjadi 11,25 persen di 2014.

Tingkat pengangguran terbuka pun mengalami penurunan selama 10 tahun ini, hal tersebut ditandai dengan peningkatan pekerja formal menjadi 39,9 persen dari sebelumnya pada 2004 sebesar 29,3 persen. Seiring dengan hal tersebut, indeks pembangunan manusia di Indonesia meningkat 7,45 persen dari 68,7 poin menjadi 73,45 poin.

"Kita apresiasi perbaikan yang dilakukan, tapi yang gagal diperbaiki juga banyak," ujarnya dalan seminar INDEF, Kamis, 27 November 2014.

Baca juga:


Tugas Nokia Sudah Tuntas



Nasib Jokowi di PDIP, Kaesang Pangarep Tidak Ingin Ikut Campur: Itu Urusan Partai Lain


RUPST Toba Energi Utama.

Penyewaan Kendaraan Listrik Laris Manis, Laba Bersih TBS Energi Utama 2023 Naik 77,8 Persen

Emiten energi PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) mengumumkan, laba bersih perseroan tercatat sebesar US$20,8 juta pada 2023.

img_title
VIVA.co.id
26 April 2024