BBM Naik, 2014 Jadi Tahun Terberat di Industri Properti

Pemerintah Targetkan FLPP 127.000 Unit Pada 2013
Sumber :
  • VIVAnews/Muhamad Solihin
VIVAnews
Ada Lampu Jalan di Jakarta Bisa Terkoneksi sama Internet
- Kenaikan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi berdampak pada melemahnya daya beli masyarakat, tak terkecuali pada sektor penjualan properti di Indonesia, terutama di kota-kota besar.

MK Sebut Hakim Arsul Sani Bisa Tangani Sengketa Pileg PPP

"Tetap saja, kenaikan BBM bersubsidi ini berpengaruh terhadap daya beli masyarakat pada sektor properti, meski tak signifikan tapi sangat terasa," kata
Aksi Sopir Pikap Ini Dipuji Warganet, Berani Hadang Dua Bus Lawan Arus
Associate Director Ciputra, Agung Krisprimandoyo, di Yogyakarta, Kamis 27 November 2014.

Selain menurunnya daya beli masyarakat, kenaikan BBM bersubsidi juga berdampak pada peningkatan biaya konstruksi, sehingga 2014 merupakan tahun yang cukup berat bagi pelaku usaha properti.


"Meski semua mengalami kenaikan, namun properti yang kami tawarkan kepada konsumen hingga Desember 2014 tidak akan mengalami kenaikan," jelasnya.


Menurut Agung, kenaikan harga BBM yang baru berjalan sekitar dua pekan ini memang belum terasa, semua masih tampak biasa saja. Namun, jumlah kunjungan konsumen memang sangat terasa, yang biasanya ramai sekarang agak sepi.


Dia menuturkan, akibat harga BBM naik, harga produksi rumah diperkirakan naik sekitar tiga hinga empat persen.


Menurut dia, sebenarnya kenaikan harga BBM terhadap konstruksi tidak terlalu besar. Apalagi kenaikan produksi tersebut, sudah ditutupi oleh kenaikan harga rumah secara regular dari waktu ke waktu. "BBM tidak naik pun, kami tetap akan menaikkan harga," katanya. 


Hal tersebut, karena secara regular pihaknya memiliki target menaikan harga. "Kebetulan, saat ini berbarengan dengan kenaikan BBM dan setiap bulannya kami selalu menaikkan harga properti sampai empat persen," jelasnya.


Dia memaparkan, untuk menyiasati kenaikan harga produksi, biasanya para pengembang melakukan kontrak sampai akhir tahun. Terutama, dalam mengikat harga harga besi, harga semen dan beberapa komponen pabrikan.


Dengan demikian, ungkapnya, setiap akhir tahun, pengembang bisa melakukan promo sebelum harga naik.


Lebih lanjut, Agung menjelaskan, kenaikan BBM pada akhir tahun ini sangat tepat. Sebab, bila naik di awal tahun, kenaikan harga perumahan bisa signifikan.


Agung mengungkapkan, tahun ini memang memiliki banyak kendala di sektor properti.


Dia menyebutkan, sejak awal tahun kredit perumahan rakya (KPR) belum kembali tumbuh. Selain itu, agenda politik yang terjadi di Indonesia berpengaruh kepada penjualan, meski jumlahnya tidak terlalu signifikan. "Harapannya, kami bisa
survive
sampai akhir tahun," ujarnya. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya