Indonesia Wajib Produksi CPO Lebih Banyak, Cermati Penyebabnya

Pekerja Minyak CPO
Sumber :
  • VIVAnews/Anhar Rizki Affandi

VIVAnews - Kepala Bidang Luar Negeri Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), Darwin Indigo menyatakan, Indonesia wajib memproduksi kelapa sawit lebih banyak lagi dan tidak ada outletnya, karena Tiongkok tidak terlalu bisa diharapkan dan India juga sedang dalam kondisi yang cukup parah.

"Atas kondisi tersebut, satu-satunya harapan kita saat ini, dari dalam negeri," ujarnya saat ditemui VIVAnews di gelaran '10th Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) and 2015 Price Outlook' di Bandung, Jumat 28 November 2014.

Darwin mengungkapkan, hingga akhir tahun 2014, Indonesia memproduksi sebanyak 31,5 juta ton minyak kelapa sawit dan mengkonsumsi untuk kebutuhan domestik sebanyak enam juta ton.

"Kami targetkan akan naik sekitar 1,5-2 juta ton di tahun 2015, sehingga akan mencapai 33,5 juta ton," terangnya.

Pasar Pakistan


Untuk pangsa pasar kelapa sawit di Pakistan, dia menegaskan cukup konsisten. Hal ini terjadi, setelah tarif yang diberlakukan Indonesia sama dengan Malaysia.

Ini, mengindikasikan sesungguhnya Indonesia bisa bersaing dengan Malaysia dan pasar di Pakitan merupakan potensi yang luarbiasa.

Setidaknya, Indonesia melakukan ekpor ke Pakistan sebesar dua juta ton. Sedangkan, ekspor ke India mencapai 4-4,5 juta ton.

Dengan demikian, Darwin menyebutkan, tingkat ekpor Indonesia ke Pakistan berada persis di bawah India.

"Untuk kebutuhan dalam negerinya sendiri sekitar lima juta ton dengan pangsa pasar 40-45 persen," jelasnya.

Hambatan ke India

Namun demikian, Darwin menekankan, masih adanya beberapa hambatan bagi Indonesia dalam melakukan ekspor kelapa sawit ke India.

Pertama, masalah infrastruktur Indonesia yang masih di bawah Malaysia. "Jadi pembeli datang, cost (biaya) kita bisa lebih tinggi," imbuhnya.

Kemudian yang kedua adalah kualitasnya dimana Malaysia sedikit lebih unggul dari Indonesia.

"Kalau mengenai harga, karena cost kita lebih tinggi maka efisiensi dan daya saing kita bisa lebih rendah," katanya.

Pada kesempatan yang sama, Darwin pun mengingatkan kembali kepada pemerintah untuk serius mendukung industri kelapa sawit.

"Contohnya, Pemerintah harus segera perbaiki pelabuhan-pelabuhan di Kalimantan. Apabila itu terjadi, kita bisa jauh lebih efisien dibandingkan Malaysia," tambahnya.

Serapan dalam negeri

Selain itu, dirinya menyampaikan bahwa biofuel mandatory  roadmap, tidak hanya untuk Pertamina tetapi untuk semua, seperti Shell maupun AKR.

"Tahun ini, ekspektasi kita untuk serapan dari Pertamina sebesar 1,5 juta ton sampai akhir tahun ini, mestinya tiga juta ton. Sisanya, sebanyak 500 ribu dari lain-lain, sehingga serapan dari dalam negeri pada tahun ini mencapai dua juta ton," ungkapnya.

BACA JUGA:

Sebut Sahabat Lama, Prabowo Unggah Foto Ketemu Surya Paloh Deklarasi Nasdem Bergabung

PM Singapura akan Temui Jokowi Pekan Depan, Bahas Energi Hingga IKN
Ketua KPU RI Hasyim Asyari di Putusan Sidang Perselisihan Hasil Pilpres 2024

DPR Segera Panggil KPU, Bahas Evaluasi Pemilu hingga Dugaan Asusila Hasyim Asy'ari

Ketua Komisi II DPR RI, Ahmad Doli Kurnia menyebut DPR bakal segera memanggil KPU bahas dugaan asusila yang menjerat Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI Hasyim Asy'ari.

img_title
VIVA.co.id
26 April 2024