- VIVAnews/Ikhwan Yanuar
VIVAnews - Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Migas, Faisal Basri mengatakan, terlalu banyak penyimpangan dalam proses impor dan produksi premium Ron (Research Octane Number) 88.
Menurutnya, dengan penggunaan pertamax Ron 92, dapat meminimalisir praktik penyimpangan yang terjadi.
"Di pasar minyak luar negeri, itu sudah tidak ada Ron 88. Kalau pun Pertamina beli Ron 88, tentunya harus pesan dulu ke penjual yang nantinya akan memproses pengolahan lanjutan Ron 92, menjadi Ron 88," katanya di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Kamis 4 Desember 2014.
Selanjutnya, dia menekankan, untuk bisa menghasilkan produk premium dengan kadar Ron 88, seperti yang dijual ke masyarakat, diperlukan upaya blending, atau pengolahan lanjutan di kilang-kilang Pertamina.
"Kita punya lima kilang, dengan empat kilang hanya bisa Ron 88. Itu kan cuma buat premium, 30 persen memenuhi kebutuhan. Kurangnya, kita Impor 70 persen," ungkap pria yang juga pengamat ekonomi itu.
Sebelumnya, Faisal Basri menganjurkan agar mengunakan BBM jenis pertamax. "Selain mengurangi polusi udara. Juga untuk meminimalisir penyimpangan, atau mafia migas," tambahnya.
Laporan: Dwi Setyo Nugroho
BACA JUGA:
(asp)