Minyak Dunia Naik Tipis ke Level US$56,52 per Barel

Beberapa sumur minyak
Sumber :
  • REUTERS/Andrew Cullen
VIVAnews
Dominasi Skuad Timnas U-23 di Piala Asia, Menpora Dito Akan Terus Maksimalkan PPLP dan SKO
- Jelang berakhirnya kontrak pembelian untuk bulan depan, harga minyak dunia melambung tinggi pada perdagangan semalam. Penurunan harga minyak sepanjang enam bulan ini agak mereda.

Pengakuan Pelatih Yordania Jelang Laga Lawan Timnas Indonesia U-23

Minyak mentah berjangka Amerika Serikat (West Texas Intermediate/WTI) mengakhiri sesi dengan kenaikan US$2,41 ke level US$56,52 per barel. Sementara patokan minyak jenis Brent berada di atas US$61 per barel atau naik lebih dari empat persen di perdagangan New York.
3 Orang Tewas Imbas Longsor dan Banjir Lahar Dingin di Wilayah Gunung Semeru


Minyak mentah AS dan Brent hampir saja melanjutkan kerugian saat menuju minggu keempat. Sebab, pada awal pekan ini harga minyak masih merosot, menyusul kekhawatiran akan kelebihan pasokan minyak.


Brent turun hampir 14 persen dan WTI telah menumpahkan hampir 16 persen pada bulan Desember, dan keduanya telah kehilangan sekitar 50 persen sejak Juni silam.


"Setidaknya saya tidak bahwa dengan Brent di US$60 atau WTI di atas US$55, kita telah melihat
bottom
-nya," kata Tariq Zahir,
managing member
di Tyche Capital Advisors, New York, melansir laman
CNBC
, Sabtu 20 Desember 2014.


Sementara itu, harga minyak WTI untuk pengiriman Februari, yang di mulai Senin depan, naik lebih dari US$2 di atas US$56 per barel.


"Mungkin ada percikan lebih dari perdagangan WTI hari ini akibat
switching
kontrak, dan kami bahkan bisa menyelesaikan dengan lebih rendah," kata Phil Flynn, analis di Harga Futures Group di Chicago.


Harga minyak mulai jatuh pada bulan Juni di tengah kekhawatiran tentang pertumbuhan pasokan minyak mentah AS. Tercecernya harga minyak ini diperparah dengan keputusan organisasi negara eksportir minyak (
Organization Petroleum Exporting Countries
/OPEC) yang tidak akan memangkas produksi.


Perusahaan minyak telah mengumumkan pemotongan anggaran eksplorasi dan modal sebagai akibat dari kekalahan harga minyak. Tapi konsultan energi Wood Mackenzie, menyarankan agar pengebor harus berbuat lebih banyak.


"Pengebor harus mengurangi pengeluaran tahun depan sebesar US$170 miliar, atau 37 persen, dari tahun 2014, jika Brent tetap pada level saat ini," katanya.


Baca juga:


Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya