Rupiah Makin Kuat, Cermati Pergerakannya Pekan Ini

Ilustrasi uang rupiah.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma

VIVAnews - Hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat atau FOMC The Fed dan langkah intervensi Bank Indonesia (BI) mampu mendongkrak laju rupiah untuk mengakhiri pekan ini, Jumat 19 Desember 2014, di zona hijau. Rupiah pun menanjak sebanyak 65 poin atau 0,52 persen dibandingkan perdagangan sehari sebelumnya.

Pantauan dari data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia, rupiah tembus ke level Rp12.500 per dolar AS. Meski masih bertahan di kisaran Rp12.000, tetapi target level resistance (batas atas) di Rp12.540 pun berhasil terlampaui.

Seperti diketahui, level Rp12.500 merupakan kenaikan tertinggi selama satu pekan ini. Rupiah mengawali Rp12.599 (15 Desember), tetapi malah anjlok makin dalam ke Rp12.900 (16 Desember).

Kemudian, selama tiga hari berturut-turut, rupiah menunjukkan kekuatannya dengan mengalami kenaikan, yakni Rp12.720 (17 Desember), Rp12.565 (18 Desember), dan Rp12.500 (19 Desember).

Faktor global


Meski terdapat sentimen kembali meningkatnya harga minyak mentah dunia seiring dengan kembali meningkatnya tensi geopolitik di Libya, dan aksi mogok pekerja tambang minyak di Nigeria, namun belum signifikan mengimbangi masih berlanjutnya penguatan dolar AS. Akibatnya, laju rupiah kembali kian tertekan.

Lalu, sentimen dari meningkatnya suku bunga Rusia menjadi 17 persen dari 10,5 persen secara tidak terduga. Dan, terapresiasinya yen setelah merespons masih turunnya harga minyak, tidak berimbas positif pada rupiah yang semakin hari makin tertekan.

Faktor domestik


Belum lagi, masih adanya persepsi bahwa seolah-olah BI menyetujui pelemahan tersebut karena dianggap sudah sesuai dengan fundamental ekonomi Indonesia, penilaian masih berlanjutnya kenaikan BI Rate dan maraknya jatuh tempo utang para korporasi turut menambah sentimen negatif.

Meski pelemahan masih terjadi, dapat tertahan dengan adanya intervensi dari BI senilai Rp200 miliar melalui pembelian obligasi. Kekhawatiran terhadap masih berlanjutnya pelemahan berhasil ditepis dengan menguatnya rupiah setelah melemah tajam sejak 11 Desember 2014 seiring dengan sentimen melonjaknya laju dolar AS.

Tampaknya, imbas intervensi BI tersebut cukup mampu membangkitkan persepsi positif terhadap rupiah. Meski, pergerakan poundsterling, yuan, hingga yen cenderung melemah, tetapi tidak terlalu berimbas negatif pada rupiah seiring spekulasi akan adanya intervensi dari Bank Indonesia.

Kepala Riset PT Woori Korindo Securities Indonesia, Reza Priyambada mengatakan bahwa hasil rapat FOMC yang memberikan sinyal belum akan dinaikkannya suku bunga The Fed memberikan angin segar bagi rupiah untuk dapat melanjutkan penguatannya.

Penampilan Makin Sopan, Nikita Mirzani Ternyata Diawasi Rizky Irmansyah

Meski yuan dan won melemah, namun lanjutnya, tidak menghalangi rupiah untuk dapat bergerak positif seiring adanya sentimen tambahan tersebut dari penguatan poundsterling dan pernyataan BI yang dinilai cukup positif di mana memberikan sinyal kepastian level yang akan dijaga, yaitu di level Rp11.900-12.300. 

"Dolar AS memang sempat menguat seiring dengan adanya spekulasi kenaikan suku bunga The Fed yang akan terjadi pada kuartal pertama 2015. Namun, rupiah juga tidak tertahankan untuk bergerak naik. Masih adanya sentimen positif dari The Fed tersebut menjadi angin segar bagi rupiah sehingga target resistance Rp12.540 sukses terlewati," ujarnya kepada VIVAnews.

Menurut dia, rupiah diperkirakan tetap melanjutkan penguatan pada pekan depan. Rupiah, kata dia, masih belum bergerak jauh dan cenderung di kisaran Rp12.975-12.480 (kurs tengah BI). (art)

Baca juga:

Sidang Sengketa Pilpres di MK, Bawaslu Sebut Jokowi Bagi-bagi Bansos Tak Langgar Netralitas

Toko Alat Musik

Ekspansi Perusahaan Musik Terkemuka Asia Tenggara Diresmikan di Indonesia

Tujuan dari ekspansi ini adalah untuk meningkatkan pengalaman musik bagi para musisi di Indonesia.

img_title
VIVA.co.id
29 Maret 2024