Tahun Depan, Rusia Diprediksi Terjerumus ke Resesi

Ekonomi Rusia
Sumber :
  • REUTERS/Vasily Fedosenko
VIVAnews
Mobil Angkot Andalan Masyarakat Ini Segera Berusia Emas
- Mantan Menteri Keuangan Rusia memperingatkan bahwa negarany akan menghadapi sejumlah tantangan ekonomi dan diprediksi akan memasuki resesi pada 2015.
Shopee Berani Garansi Paket Sampai Tepat Waktu, Simak Kompensasi dan Cara Klaimnya

"Kami sedang memasuki atau sudah memasuki krisis ekonomi besar-besaran, dan kami akan masuk resesi tahun depan," ujar Alexei Kudrin, mantan Menteri Keuangan RuSia, seperti dikutip dari laman
Dilarikan ke Rumah Sakit, Parto Patrio Jalani Operasi
BBC News , Selasa, 23 Desember 2014.


Peringatan tersebut dia sampaikan menyusul langkah Trust Bank memberikan pinjaman ke bank sentral Rusia sebesar 30 miliar rubel untuk menghentikan terjadinya bangkrut. Pinjaman ini menandai
bailout
pertama bank Rusia sejak anjloknya nilai tukar mata uang rubel.


Mata uang Rusia telah anjlok lebih dari 45 persen terhadap dolar AS sejak awal tahun ini. Ekonomi Rusia memang menerima pukulan keras dalam beberapa bulan terakhir, ketika harga minyak yang merupakan komoditi ekspor utama Rusia dan separuh pendapatan pajak pemerintah, merosot ke level terendah dalam lima tahun terakhir.


Selain itu, sanksi ekonomi yang dibebankan ke Rusia juga turut memperburuk ekonomi negara itu. Namun, pada Senin kemarin nilai mata uang rubel meningkat delapan persen terhadap dolar AS. Wakil Perdana Mernteri Rusia, Igor Shuvalov, berharap rubel terus melakukan
rally
berkelanjutan.


Tantangan serius

Bank Sentral Rusia telah mencoba untuk menstabilkan nilai mata uangnya, yakni dengan membeli rubel di pasar dan menaikkan suku bunga pinjaman utamanya dari 10,5 persen menjadi 17 persen.


Namun, upaya tersebut juga terlihat tidak berhasil karena terus melemahnya harga minyak mentah. Negara ini juga khawatir sanksi internasional atas konflik Ukraina mungkin akan ditingkatkan.


Kudrin mengungkapkan, jika harga minyak, yang saat ini diperdagangkan pada level US$60 per barel, naik menjadi US$80 per barel, maka ekonomi Rusia masih akan mengalami kontraksi minimal dua persen. Jika harga minyak tetap dijual di sekitar level saat ini, dia mengatakan, perekonomian Rusia akan menyusut sebesar empat persen.


"Ini merupakan tantangan serius bagi perekonomian," ungkapnya.


Dia mengungkapkan, penurunan harga minyak mentah menyumbang sedikitnya seperempat dari penurunan nilai tukar rubel, sedangkan sanksi negara-negara Barat terhadap Rusia menyumbangkan 40 persen ke pelemahan nilai tukar rubel.


Baca juga:


Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya