BI Uji Rupiah Hingga Rp15.500 per Dolar AS

Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardojo.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari

VIVAnews - Bank Indonesia (BI) melakukan stress test secara reguler untuk mengetahui daya tahan sistem keuangan Indonesia dalam menghadapi berbagai risiko yang mengancam dari waktu ke waktu. Hasilnya, menunjukkan sistem keuangan Indonesia memiliki daya tahan yang kuat dalam menghadapi risiko kredit dan risiko pasar (suku bunga, nilai tukar, dan harga SBN).

Seperti mengutip dari laman BI, Senin 11 Januari 2015, Deputi Gubernur Bank Indonesia, Halim Alamsyah menegaskan bahwa stabilitas sistem keuangan Indonesia tetap terjaga, baik dilihat dari sisi perbankan, korporasi maupun rumah tangga.

Dari sisi perbankan, hasil stress test dengan menggunakan data neraca dan kinerja bank posisi Oktober 2014, menunjukkan dari sisi permodalan, perbankan Indonesia masih cukup kuat meskipun terjadi penguatan dolar Amerika Serikat (AS).

BI: Inflasi Pekan Ketiga November 0,2 Persen

Sementara itu, koreksi harga Surat Berharga Negara (SBN) dengan skenario terburuk, yaitu penurunan harga SBN sebesar 20 persen menggambarkan penurunan Capital Adequacy Ratio (CAR) hanya sebesar 142 bps.

Dengan begitu, lanjut Halim, permodalan masih cukup memadai untuk mengantisipasi risiko kerugian terkait penurunan harga SBN. Stress test secara terintegrasi dengan kombinasi risiko pasar dan risiko kredit, juga menunjukkan CAR industri perbankan maupun per kelompok BUKU masih cukup kuat di atas delapan persen.

Kemudian, dari sisi korporasi, penguatan dolar AS akan berdampak pada peningkatan kewajiban valas korporasi terutama bagi korporasi yang memiliki Utang Luar Negeri (ULN) relatif tinggi. Peningkatan kewajiban valas korporasi yang tidak diikuti dengan peningkatan aset valas berpotensi menggerus permodalan korporasi.

Halim menjelaskan, terkait dengan hal tersebut, berdasarkan hasil stress test ketahanan korporasi swasta non bank yang memiliki ULN menunjukkan bahwa dari 91 korporasi yang memiliki ULN dan posisi Net Foreign Liabilities (NFL) dengan data per triwulan II 2014 diperkirakan terdapat tujuh korporasi atau 8,77 persen dari total korporasi yang diobservasi berpotensi insolvent (equity negatif) apabila nilai tukar rupiah melemah sampai dengan kurs Rp15.500.

"Pengujian dengan skenario Rp15.500 tolong jangan diartikan bahwa angka tersebut adalah level toleransi BI. Kami juga menguji dengan berbagai variasi angka. Intinya, kami tidak menetapkan level tertentu dalam stabilitasi nilai tukar rupiah," ungkapnya.

Dan dari sisi Rumah Tangga (RT) juga menunjukkan tingkat leverage RT masih berada pada level yang aman. Dalam hal ini, utang RT masih dapat ditutup oleh pendapatan dan asetnya.

"Hal ini ditunjukkan dengan porsi pengeluaran untuk cicilan pinjaman (Debt Service Ratio/DSR) masih lebih rendah dibandingkan dengan persyaratan yang ditetapkan bank bagi calon debitor yang umumnya ditetapkan sekitar 30 persen dari penghasilan," terangnya.

Meskipun demikian, dia menekankan, terdapat potensi risiko yang patut diwaspadai terutama pada kelompok RT berpenghasilan rendah. Stress test ini menggunakan hasil Survei Konsumen Bank Indonesia pada posisi Juni 2014. (art)

Baca juga:



BI Proyeksikan Pertumbuhan Ekonomi 2016 Mencapai 5,6%
Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardojo.

Bunga BI Diperkirakan Turun Bila The Fed Naikkan Suku Bunga

The Fed diperkirakan akan menaikkan suku bunga secara bertahap.

img_title
VIVA.co.id
7 Desember 2015