Cara Pemain Lokal Rebut Rp2.000 Triliun Kue Logistik

Kantor JNE.
Sumber :

VIVAnews - Potensi bisnis logistik nasional di 2015, diprediksi nyaris menyentuh angka Rp2.000 triliun. Agar tak kehilangan pasar di industri yang mulai menggeliat pada awal dekade 1990-an ini, pemain nasional diharapkan bersinergi untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).

Gencarnya arus globalisasi perdagangan dan investasi yang masuk pada dekade 1990-an, memicu bisnis logistik mulai bergeliat di Indonesia. Bahkan, pelaku bisnis internasional di bidang jasa pengiriman pada masa itu, ikut menancapkan pondasi bisnisnya di dalam negeri.

Tak mau "terjajah" asing, pemain logistik bidang kurir dalam negeri merapatkan barisan. Salah satunya, PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir yang didirikan Soeprapto Suparno pada 26 November 1990, dengan kapitalisasi modal sekira Rp100 juta.

Bukan sekadar pasar lokal, perusahaan kurir dan logistik yang lebih dikenal dengan nama JNE itu, justru membidik jaringan internasional. Maka tak heran, bila sejak pendiriannya, JNE sudah menerapkan standar logistik internasional.
 
Fokus JNE terpusat pada penanganan kegiatan kepabeanan, impor kiriman barang, dokumen serta pengiriman dari luar negeri ke Indonesia.

Hal tersebut, didukung oleh jaringan domestik yang kuat, karena gabungan dari beberapa perusahaan titipan kilat dalam negeri.

"Sehingga, kami bisa mengkombinasikan kekuatan  jaringan dengan kinerja cepat impor yang dilakukan," ujar Direktur Eksekutif JNE, Johari Zein kepada VIVAnews akhir pekan lalu.

Sayangnya, krisis ekonomi 1998 melanda. Pasar logistik untuk impor melesu. JNE mengubah strategi bisnis dengan lebih berfokus ke pasar nasional. Seiring dengan perkembangan zaman, peluang bisnis jasa pengiriman barang, menurutnya, terus bergerak maju.

Menguak Persoalan Utama Logistik Nasional

Hampir Rp2.000 T di 2015
Keberadaan Indonesia sebagai negara kepulauan, membuat nilai bisnis logistik Tanah Air cukup menggiurkan. Sektor logistik nasional, tiap tahun selalu tumbuh double digit.

Budi Paryanto, Wakil Ketua Asosiasi Perusahaan Jasa Pengiriman Ekspress, Pos dan Logistik Indonesia (Asperindo) pernah mengungkapkan pasar logistik Indonesia bakal tumbuh 14,7 persen pada 2015.

Pada seminar Menyingkap Potensi Logistik Indonesia, November lalu, ia mengestimasi nilai bisnis logistik nasional 2015 mencapai Rp1.849 triliun.

Makanya, Edy Putra Irawady, Ketua Tim Kerja Sistem Logistik Nasional (Sislognas) menekankan pentingnya membangun jaringan di antara stakeholder logistik.

"Dan, memperkaya kapasitas dari pelaku industri logistik nasional," ujarnya dalam seminar yang sama.

Tol Laut Pengaruhi Harga Pangan di Wilayah Timur RI

Kemitraan dan online
Seakan sadar akan tantangan tersebut, jauh-jauh hari JNE sudah mempersiapkan jaringan. Seiring dengan pergeseran fokus perusahaan untuk bermain di jasa pengiriman dalam negeri, konsep kemitraan pun mulai dikembangkan JNE.

Sejak 1998, JNE mengusung konsep bisnis kemitraan untuk mengembangkan jaringan agennya. Hingga saat ini, total agen yang terdaftar sudah mencapai kurang lebih 5.000 agen resmi dan mempekerjakan lebih dari 12 ribu karyawan.

"Alhamdulillah, sekarang sudah cukup tersebar, dan memang juga membantu ekonomi domestik kita yang tumbuh, semua itu berbuah akhirnya," tuturnya.

Seiring dengan perkembangan zaman, peluang bisnis jasa pengiriman barang, menurutnya, terus bergerak maju. Salah satunya, kata Jo, yang saat ini berkembang adalah perdagangan online. Potensi tersebut berkembang mulai tahun 2000-an, dan sejak itu mulai dilirik oleh JNE.

"Sekitar 40 persen sampai 60 persen kiriman kita itu dari e-commerce," ujarnya sambil memprediksi bisnis ini akan terus tumbuh dan menopang usaha jasa pengiriman, paling tidak 10 tahun ke depan.

Simak kisah sukses pengusaha lainnya di rubrik

Industri Logistik Protes Tarif Timbun Kontainer Naik 900%

(asp)

Aktivitas bongkar muat petikemas

Indonesia Akan Bangun Pusat Logistik Halal

Lokasi akan berada di Pulogadung dan Pelabuhan Tanjung Priok.

img_title
VIVA.co.id
2 Agustus 2016