Sumber :
- REUTERS/Lucy Nicholson/Files
VIVAnews
- Harga minyak dunia merosot lima persen, menyusul pemangkasan perkiraan harga oleh Goldman Sachs dan belum adanya tanda-tanda pembatasan
output
dari produsen minyak negara-negara Teluk.
Pada perdagangan Senin atau Selasa 13 Januari 2015 waktu Indonesia, minyak mentah Amerika Serikat (AS) ditutup turun US$2,29 menjadi US$46,07 per barel. Itu merupakan harga terendah sejak April 2009.
Baca Juga :
2024, Blok Masela Siap Produksi?
Baca Juga :
Pemerintah Berencana Bangun Kilang Minyak Mini
Pada perdagangan Senin atau Selasa 13 Januari 2015 waktu Indonesia, minyak mentah Amerika Serikat (AS) ditutup turun US$2,29 menjadi US$46,07 per barel. Itu merupakan harga terendah sejak April 2009.
Minyak mentah jenis Brent terakhir turun sekitar US$3 jadi US$47,24 per barel, setelah jatuh serendah US$47,18, terendah sejak 18 Maret 2009.
Analis Goldman Sachs memangkas proyeksi harga untuk tiga bulan ke depan. Goldman memangkas harga Brent di level US$42 dari US$80 per barel. Sementara untuk kontrak West Texas Intermediate/WTI (minyak mentah AS) diprediksi pada harga US$41 dari sebelumnya US$70 per barel.
Tariq Zahir dari Tyche Capital Advisors mengatakan sulit untuk memprediksi karena harga bervariasi begitu cepat.
"Saya pikir kita akan melihat harga US$40 (per barel) dalam waktu dekat, tetapi segala sesuatu tampaknya terjadi lebih cepat dari yang diharapkan," kata Zahir, dikutip
CNBC
.
Baca juga:
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
Minyak mentah jenis Brent terakhir turun sekitar US$3 jadi US$47,24 per barel, setelah jatuh serendah US$47,18, terendah sejak 18 Maret 2009.