Kisah "Tukang Giling" Besarkan Perusahaan Pembuat Pesawat

Pembuatan Pesawat di PT Dirgantara Indonesia
Sumber :
  • VIVAnews/Anhar Rizki Affandi

VIVAnews - Umurnya baru memasuki kepala tiga. Namun, Muhammad Lukman sudah dipercaya menduduki jabatan Manager High Machinary PT Dirgantara Indonesia (PT DI). Dialah yang mengoperasikan sebagian besar mesin-mesin baru pembuat sayap pesawat.

Lulusan Teknik Mesin Institut Teknologi Bandung ini memilih menjadi tukang giling besi (istilah untuk pembuat sayap) karena kecintaanya pada industri penerbangan dalam negeri.

Kasus Izin Terbang Airfast, Polisi Masih Kumpulkan Bukti

Berbeda dengan cita-cita teman-temannya yang begitu lulus memilih perusahaan tambang atau perusahaan asing, putra asli Bandung ini malah memilih jalan sunyi. Bekerja di PT DI yang kala itu hidup segan mati tak mau.

"Kamu yakin mau bekerja di perusahaan penjual panci yang hampir bangkrut ini," begitu kata pewawancara saat Lukman melamar menjadi pegawai PT DI pada 2008. Pengalaman itu diceritakan kepada VIVAnews.

Saat itu, tak banyak lulusan perguruan tinggi negeri, apalagi sekelas ITB, yang mau bergabung di PT DI namun dia bergeming. Dia rela mengorbankan usahanya untuk bergabung di perusahaan tempat Baharudin Jusuf Habibie pernah bermimpi membuat pesawat terbang kebanggaan negeri.

Sudah genap enam tahun Lukman menjadi pegawai PT DI. Saat ini dia memimpin 21 pegawai. Sama seperti dirinya, timnya terdiri dari anak-anak muda. Dia dipercaya mengoperasikan mesin-mesin pencetak sayap pesawat generasi terbaru.

Mesin bernama CNC (Computerized Numerical Control) itu di antaranya adalah Quaser MV 18C, Haas VF6-50, Haas VR 11 B Deckel Maho DMU 100 mB dan mesin Gantry Jobs LINX30 serta Gantry Matec 30 P. Mesin-mesin itu didatangkan dari Jerman, Italia dan Taiwan.

Produsen Pesawat Ini Bakal PHK 7.000 Karyawan

Mesin dengan ukuran sebesar rumah sederhana itulah yang membuat PT DI tetap hidup dengan tetap memenuhi kebutuhan pemesanan sayap pesawat dari perusahaan Perancis, Airbus.

Lukman senang karena sudah mulai banyak lulusan perguruan tinggi negeri yang mau melamar ke PT DI. Dia berharap lebih banyak lagi orang yang mendedikasikan diri di PT DI.

"Kami memang sedang melakukan regenerasi besar-besaran. Tak lama lagi ada bawahan saya yang akan diangkat menjadi supervisor," ungkap pria yang rumahnya hanya lima menit dari PT DI itu.

Regenerasi amat mendesak karena dalam hitungan tahun sejumlah pegawai senior sudah mulai pensiun. Di sisi lain, produksi PT DI sudah mulai menggeliat. Pesanan manufaktur dan assembly dari Airbus terus bertambah. Bahkan, dalam waktu dekat perusahaan pesawat Amerika, Boeing, juga menjajaki untuk membuat sayap pesawat di hanggar PT DI.

"Di level internasional Airbus dan Boeing memang bersaing, tapi kami bisa mengambil keuntungan dari keduanya," kata dia.

Optimisme juga menyembul karena saat ini PT DI sedang mengerjakan pesawat angkut ringan 19 penumpang sebagai pesawat perintis. Pesawat yang dinamai N-219 ini diklaim cocok untuk wilayah Indonesia yang terdiri dari 17 ribu pulau. Pesawat dengan baling-baling ini juga piawai mendarat di landasan pendek, termasuk mendarat di landasan di atas pegunungan seperti di Papua.

Ia optimistis PT DI bisa memasarkannya pada 2017 mendatang. "Kami semua yakin pada 2016 ini pesawat N-219 bisa terbang," katanya. Keberadaan N-219 menandai bangkitnya kembali kedirgantaraan Indonesia setelah dipaksa sekarat sejak 1998 akibat krisis moneter.

Baru-baru ini Presiden Joko Widodo atau Jokowi menginginkan PT DI bisa membuat pesawat dengan 30 hingga 60 penumpang. Keinginan itu mengingatkannya pada perjuangan BJ Habibie mengembangkan N-250 yang terkenal itu. Dia berharap PT DI bisa kembali membangun pesawat semacam itu dan membuat PT DI bergeliat kembali.

Tentu saja, dengan begitu, akan semakin banyak anak bangsa yang bangga bisa bekerja di perusahaan pelat merah tersebut. Sebagaimana dia bangga bekerja di sana.

Berapa Besaran Biaya untuk Terbangkan Air Force One?
Pesawat baru Lion Air.

Rogoh Ratusan Miliar, Lion Grup Datangkan Pesawat ATR Baru

Pesawat ini merupakan pesawat yang ke 60.

img_title
VIVA.co.id
11 Maret 2016