Pengamat: APBN Jangan Sering Direvisi

Penambahan Infrastruktur Jalan
Sumber :
  • VIVAnews/Fernando Randy

VIVAnews - Kepala Ekonom Bahana Sekuritas, Budi Hikmat, mengatakan bahwa persetujuan perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN-P) 2015 menentukan sentimen pasar dalam menopang Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

"APBN-P penting sekali karena adanya persetujuan dari DPR. Untuk Investor asing lebih melihat ke sini, terkait dengan kebijakan subsidi dan tambahan untuk perusahaan BUMN," ujarnya di Graha CIMB Niaga, Jakarta, Rabu 14 Januari 2015.

Pihaknya pun menilai, jika APBN yang banyak direvisi seperti tahun lalu, maka akan menurunkan kredibilitas pemerintah. "Kalau APBN nggak banyak direvisi kan, nggak banyak ketemu dengan DPR. Jadi waktu kerjanya lebih banyak," terangnya.

Budi menjelaskan, dengan dinaikannya harga bahan bakar minyak (BBM) dapat melonggarkan ruang fiskal negara. Sehingga, dana tersebut dapat dialihkan ke subsidi yang lebih produktif.

Menkeu Pangkas Postur Belanja APBN-P 2016

"Seperti yang diketahui, pemerintah sekarang sedang menggenjot infrastruktur," jelasnya.

Selain itu, lanjut Budi, pemerintah harus dapat meramu APBN agar pertumbuhan ekonomi dapat tumbuh tujuh persen sesuai dengan target pemerintahan saat ini.

"Sistem subsidi tetap, hindari tradisi revisi APBN. Saat ini, ruang fiskal dipersempit oleh penurunan pendapatan pajak migas yang sejalan dengan jatuhnya harga minyak. Pemerintah perlu memacu penerimaan pajak pendapatan, pejualan dan bea cukai," ungkapnya.

Dirinya juga menyampaikan, sektor pilihan yang diperkirakan bagus, yaitu sektor infrastruktur, properti dan konsumer. "Kenapa konsumer, karena di APBN dialokasikan untuk subsidi sosial," tambahnya.

Baca juga:

Menkeu Sri Mulyani Bakal Pangkas APBN

Banjir di Gorontalo

Anggaran Banjir Minim, Belum Semua Sungai Dibenahi

Kementerian PUPR akan buat skala prioritas.

img_title
VIVA.co.id
4 November 2016