BI Rate Diperkirakan Bertahan di Level 7,75 Persen

Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardojo.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari

VIVAnews - Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia akan mengumumkan suku bunga acuan (BI rate) pada hari ini, Kamis 15 Januari 2015. Pengamat pun mengharapkan, suku bunga masih tetap bertahan di level 7,75 persen, atau sama dengan bulan lalu.

Harapan BI dari Penerapan 7 Days Repo Rate

Menurut Kepala Woori Korindo Securities Indonesia, Reza Priyambada, meskipun rilis inflasi di Desember 2014 melampaui ekspektasi, di mana rilis inflasi tersebut lebih tinggi dari perkiraan konsensus sebelumnya sebesar 2,05 persen hingga 2,07 persen month to month (MoM). Dan, di atas estimasi sebesar 1,5 persen, serta inflasi (YTD) dan (YoY) juga di atas estimasi sebesar 7,76 persen hingga 7,71 persen, serta sejumlah data-data makro ekonomi lainnya yang belum terlihat membaik. Namun, diharapkan BI rate dapat bertahan di level 7,75 persen.

Kata dia, dalam pesan singkatnya kepada VIVAnews, Kamis 15 Januari 2015, ada beberapa hal yang menjadi alasan, agar BI rate bertahan di level 7,75 persen. Pertama, selama ini BI rate dinilai tidak cukup ampuh menahan pelemahan laju rupiah terhadap dolar AS.

Bank Dunia Nilai Suku Bunga BI Terlalu Tinggi

"Spekulasi akan membaiknya perekonomian AS telah membuat mata uang dolar diburu oleh para pelaku pasar. Di sisi lain, kecenderungan harga minyak yang menunjukkan penurunan juga membuat pelaku pasar beralih ke mata uang safe haven," terangnya.

Kedua, selama ini laju inflasi masih cenderung tinggi yang disebabkan kurangnya pasokan, terutama dari sisi bahan makanan dan barang-barang konsumsi pokok.

Menurut dia, permasalahan utama inflasi pada bahan makanan dan barang-barang konsumsi pokok adalah pada ketersediaannya (supply), sehingga seharusnya diatasi dari sisi menambah pasokannya bukan menambah suku bunga acuan.

"Yang ketiga, kenaikan BI rate membuat perbankan harus melakukan penyesuaian suku bunganya, sehingga lebih tinggi dari sebelumnya. Kenaikan suku bunga perbankan membuat pertumbuhan kredit melambat," katanya.

Dia menyampaikan, dengan melambatnya tingkat suku bunga kredit membuat konsumsi masyarakat berkurang dan berpengaruh pada penurunan GDP (pertumbuhan domestik bruto). Terbukti, hingga kuartal ketiga tahun lalu hanya tumbuh 5,01 persen (YoY) dan secara full year, (FY14 terhadap FY13), kami perkirakan hanya akan tumbuh 5,15 persen (YoY)," ungkapnya.

Selain itu, hal keempat adalah kenaikan BI rate hanya berpengaruh sedikit pada neraca perdagangan yang hingga akhir 2014. "Kami perkirakan masih mencatatkan defisit US$ 2,2 miliar, meskipun sudah lebih baik dari akhir 2013 yang mencapai defisit US$4,08 miliar."

BI Rate Turun Belum Dongkrak Penjualan Apartemen

Di samping itu, lanjutnya, masih melambatnya ekonomi global, terutama Tiongkok sebagai mitra dagang utama Indonesia membuat nilai ekspor Indonesia mengalami perlambatan, sehingga tidak dapat secara signfikan diatasi dengan kenaikan suku bunga acuan.
  
"Semoga, kali ini Bank Indonesia tidak terlalu reaktif dalam memutuskan level BI rate dan mau berbaik hati untuk dapat mempertahankan level BI rate di level saat ini sebesar 7,75 persen," tambah Reza.

Baca juga:

(asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya