- VIVAnews/Muhamad Solihin
VIVA.co.id - Nilai tukar rupiah kembali melemah terhadap dolar Amerika Serikat pada perdagangan Selasa 20 Januari 2015. harus anjlok 47 poin, atau 0,37 persen dibandingkan perdagangan kemarin yang mencapai Rp12.612.
Pantauan data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia, rupiah menembus level Rp12.659 per dolar AS. Ini mengindikasikan bahwa rupiah makin mendekati level rendahnya di Rp13 ribu, akibat pasar merespons kondisi eksternal yang masih bergejolak.
Meski demikian, Gubernur BI, Agus Martowardojo memprediksi bahwa laju rupiah selama 2015, akan berada di kisaran Rp12.200-Rp12.800. Dengan normalisasi ekonomi AS menjadi faktor eksternal paling dominan yang mendasari prediksi tersebut.
Selain itu, Agus mengungkapkan, perkembangan harga minyak juga membuat komoditas lemah dan Indonesia sebagai net importer minyak dengan penurunan harga tersebut.
"Tantangan pemerintah saat ini, adalah bagaimana menggunakan anggaran penghematan subsidi BBM (bahan bakar minyak) tepat sasaran. Upaya ini diharapkan dapat mendorong laju perekonomian. Pemaparan di rancangan APBN-P lebih dari Rp200 triliun bisa jadi penghematan, itu tantangannya," tambah Agus.
Di sisi lain, Kepala Riset PT Woori Korindo Securities Indonesia, Reza Priyambada mengungkapkan, sentimen dari penurunan harga BBM belum cukup kuat untuk mempertahankan penguatan rupiah. Pergerakan mata uang Garuda itu sehari sebelumnya berada di bawah target level support (batas bawah) Rp12.605.
"Belum adanya sentimen positif signifikan masih akan membuat rupiah variatif dengan cenderung melemah. Tetap perlu mewaspadai setiap potensi perubahan yang akan terjadi. Kemungkinan rupiah akan bergerak pada perdagangan selanjutnya di Rp12.600-Rp12.620," jelasnya. (asp)
Baca juga:
Dolar Masih Lemah, Rupiah Melaju di Jalur Hijau
Program tax amnesty terus menjaga rupiah tetap di zona positif.
