Terpengaruh Harga Minyak, Saham Asia Dibuka Bervariasi

Tokyo Stock Exchange
Sumber :
  • Reuters
VIVA.co.id
Bursa Asia Pasifik Tertekan Dinamika Pilpres AS
- Pasar saham utama Asia dibuka bervariasi pada awal transaksi Rabu 21 Januari 2015. Pergerakan ini tidak sepenuhnya mengikuti indeks saham acuan Wall Street yang ditutup naik.

Mengekor Wallstreet, Bursa Asia Dibuka Melemah

Namun, seperti dilansir
Saham di Bursa-bursa Asia Rabu ini Dibuka Melemah
CNBC , pasar saham sepertinya akan menghadapi volatilitas harga minyak yang terus melemah.


Indeks acuan bursa Australia S&P/ASX 200 bergerak naik 1 persen pada awal perdagangan, sedangkan dolar Australia turun 0,1 persen terhadap dolar Amerika Serikat.


Saham produsen emas memimpin kenaikan. Saham Evolution Mining menguat 8,7 persen dan saham Beadell Resources naik 5,6 persen.


Saham BHP Billiton juga menguat 2 persen, setelah perusahaan tambang terbesar di dunia itu mengumumkan bahwa mereka akan memotong anggaran pengeboran minyak. Upaya itu untuk memenuhi janjinya tidak akan memotong dividen, karena anjloknya harga bijih besi, tembaga, dan minyak.


Indeks patokan di bursa Jepang, Nikkei, terlihat dibuka dengan sedikit bergerak turun. Sementara itu, Nikkei berjangka di Chicago diperdagangkan naik 1,8 persen pada level 17.440. Osaka berjangka diperdagangkan turun 0,4 persen pada level 17.320, lebih rendah dari penutupan Nikkei sebelumnya 17.366.


Semalam, indeks saham utama Amerika Serikat ditutup menguat setelah beralih arah beberapa kali selama sesi perdagangan. Hal itu karena investor gelisah menjelang pertemuan Bank Sentral Eropa yang akan membahas kebijakan stimulus moneter.


Di sisi lain, investor melacak harga minyak dan penurunan pendapatan kuartal IV tahun lalu Johnson & Johnson.


"Dalam beberapa hal, investor merasa terpaut. Sebelumnya mereka mengambil ukuran jaminan Federal Reserve melalui kebijakan pelonggaran kuantitatif. Sekarang mereka lebih banyak gelisah tentang dinamika pasar," kata Bruce McCain, kepala Strategi Investasi Key Private Bank.


Saham Johnson & Johnson melemah, setelah melaporkan penjualan internasional pada kuartal IV tahun lalu turun 7 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.


Harga minyak mentah turun, setelah International Monetary Fund (IMF) memangkas prospek pertumbuhan ekonomi pada 2015 dan 2016. IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi 2015 sebsar 3,5 persen dan 3,7 persen pada 2016. Keduanya turun 0,3 persen dari perkiraan sebelumnya.


Sementara itu, investor Asia lebih memfokuskan perhatiannya pada Bank of Japan yang akan mengumumkan kebijakan moneternya pada Rabu, setelah pertemuan dalam dua hari. (art)


Baca juga:


Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya