Stimulus Moneter ECB Dinilai Tak Bisa Menolong Ekonomi Eropa

Kanselir Jerman Angela Merkel.
Sumber :
  • REUTERS/Fabrizio Bensch

VIVA.co.id - Bank Sentral Eropa (ECB) mengumumkan program pelonggaran kuantitatifnya akan segera dimulai untuk menggenjot pertumbuhan.

Seperti diberitakan CNBC, Jumat 23 Januari 2015, Gubernur ECB Mario Draghi menyatakan bahwa dana stimulus yang digelontorkan bank sentral untuk pembelian obligasi setiap bulan sebesar 60 miliar euro. Program ini akan dimulai pada bulan Maret dan berlangsung hingga September 2016.

Secara keseluruhan stimulus ECB akan mencapai 1.08 triliun euro. Diharapkan, stimulus moneter ini akan dapat membantu membalikkan laju penurunan harga yang terjadi di seluruh zona euro dalam beberapa waktu belakangan ini.

Pelonggaran kuantitatif bertujuan mendorong pertumbuhan dengan menurunkan suku bunga dan meningkatkan likuiditas kredit. Langkah ini dilakukan pertama kali oleh Jepang pada awal 2000-an, kemudian digunakan oleh Federal Reserve AS pada tahun 2008.

Meski program bakal segera dimulai, tetapi ini dinilai bukan obat yang tepat untuk stagnasi ekonomi Eropa.

Kini, para pejabat The Fed memutuskan untuk mengakhiri program pelonggaran kuantitatif putaran ketiga di tahun ini, setelah menelang dana lebih dari US$3 triliun untuk pembelian obligasi setiap bulan.

Program stimulus The Fed, dinilai membantu memulihkan perekonomian dan sistem perbankan AS, setelah dihantam krisis keuangan terburuk sejak peristiwa Depresi Besar.

Eropa tidak sendirian dalam menghadapi bahaya penurunan harga dan perlambatan ekonomi. Seluruh dunia kini sedang bergulat dengan penurunan harga komoditas dan pertumbuhan yang melambat. Harga bahan baku dan sumber daya alam telah jatuh dan kemerosotan harga minyak yang terus terjadi baru-baru ini telah mempercepat tren penurunan tersebut.

Namun, rencana ECB dalam program stimulus moneter ini dinilai tidak akan mampu ekonomi Eropa untuk tumbuh dan bangkit kembali dari kondisinya yang melambat.

Kanselir Jerman Angela Merkel mengingatkan bahwa meningkatkan uang peredaran uang tidak seharusnya dipandang sebagai cara cepat penyehatan ekonomi.

"Tekanan harus tetap ada untuk meningkatkan daya saing Eropa," ujar Merkel dihadapan forum pertemuan dengan investor di Frankfurt.

Merkel menekankan, program ECB dalam pembelian obligasi tidak boleh meninggalkan kesan bahwa apa yang perlu dilakukan dalam lingkup fiskal dan persaingan bisa diabaikan.

Ia justru menilai, reformasi kebijakan lebih diperlukan untuk memberikan lebih banyak kemudahan bagi perusahaan dan meningkatkan pertumbuhan bisnis baru. (asp)

Akhir Pekan, Rupiah Berpotensi Terus Menguat



Baca juga:

Indeks saham di Tokyo

Investor Mulai Percaya, Bursa Saham Asia Dibuka Naik

Saham-saham otomotif naik.

img_title
VIVA.co.id
14 Maret 2016