S&P Buang Rusia ke 'Tong Sampah'

Mata uang rubel
Sumber :
  • BBC News

VIVA.co.id - Lembaga pemeringkat kredit, Standard & Poor's (S&P), Selasa 27 Januari 2015, menurunkan penilaian kreditnya untuk Rusia menjadi 'junk' atau sampah. Dengan demikian, segala aset yang berasal dari negara ini tidak lagi memiliki daya tarik sama sekali dari kacamata investasi.

Ini 10 Negara dengan Pertumbuhan Ekonomi Terburuk

Seperti dikutip dari Reuters, buruknya kualitas dan prospek kredit utang membuat Rusia akhirnya masuk status 'junk' dalam daftar rating kredit lembaga Standard & Poor's dan kemungkinan disusul oleh Fitch.

Keputusan S&P semakin mempersulit akses bagi Rusia untuk meminjam uang ke pasar kredit internasional. Bahkan, investor kini terpaksa melepas surat utang Rusianya dan hanya memegang obligasi yang masih memiliki grade investasi baik.

Rusia Balas Turki dengan Memperketat Impor Makanan

Penilaian negatif S&P terhadap Rusia memang sudah bisa diperkirakan sejak jauh-jauh hari. Mengingat pada bulan Desember lalu, agensi rating ini sudah memperingatkan pelaku pasar soal penurunan kinerja ekonomi di negeri beruang merah.

Kombinasi antara embargo ekonomi blok barat dan tren penurunan harga minyak dunia turut mempersempit ruang bisnis peusahaan swasta. Menurut Kepala Asosiasi Perbankan Rusia, Anatoly Aksakov, banyak perusahaan mulai kehabisan uang kas akibat tren perlambatan ekonomi dan instabilitas mata uang Ruble.

Asakov mengungkapkan, apabila tidak ada solusi dari pemerintah, dalam waktu dekat diprediksi akan banyak pelaku bisnis yang gulung tikar. "Rusia menghadapi arus kebangkrutan, bukan hanya lembaga kredit yang mengalaminya, namun juga perusahaan swasta," ujarnya.

Di saat yang sama, depresiasi mata uang rubel telah memaksa pemerintah Rusia mengambil kebijakan tidak populer berupa penetapan suku bunga tinggi. Performa harga minyak yang buruk telah menjatuhkan nilai mata uang Rusia sampai 40 persen sepanjang tahun 2014.

Analis Klaim Saatnya Beli Obligasi dan Saham Rusia

Adapun untuk cadangan devisa Bank Sentral Rusia dikabarkan mulai mengering di akhir tahun lalu. Tabungan US Dollar Moskow habis karena dipakai untuk membendung pelemahan kurs rubel secara terus menerus.

Sebagai informasi, dalam beberapa pekan terakhir sebelum tahun baru 2015, Rusia semakin gencar melakukan belanja devisa. Sejak awal Desember lalu, Bank Sentral Rusia juga melepas lebih dari $21 miliar ke pasar uang demi membendung depresiasi valuta.

Upaya tersebut memang membuahkan hasil, namun efektivitasnya juga ditunjang oleh program bantuan pemerintah untuk sektor perbankan. Rusia berencana menginjeksi 1 triliun rubel (sekitar $18,6 miliar) lagi ke buku kas bank-bank komersial mulai tahun ini dan menetapkan aturan jaminan deposito maksimal 1,4 juta rubel.

Sayangnya, pemerintah belum mempunyai formula ampuh untuk membantu penyelamatan bisnis sektor swasta. Untuk jangka pendek, penurunan suku bunga setidaknya diperlukan agar bunga pinjaman bank tidak memberatkan pelaku usaha di tengah iklim resesi. (ren)

Baca juga:

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya