- VIVAnews/Herdi Muhardi
VIVA.co.id - Isu mobil nasional kembali menghangat akhir-akhir ini, terutama terkait hasil kerja sama yang dilakukan oleh produsen mobil Proton, Proton Holdings Bhd (Malaysia), dengan perusahaan asal Indonesia PT Adiperkasa Citra Lestari.
Kementerian Riset Teknologi dan Perguruan Tinggi (Kemenristek) membantah hal itu. Kemenrisrek menyatakan hanya akan membuat mobil nasional bertenaga listrik.
Menteri Riset Teknologi dan Perguruan Tinggi, Muhammad Nasir, mengungkapkan riset institusinya fokus pada mobil nasional bertenaga listrik. Hal itu, untuk menyiasati jumlah persediaan bahan bakar minyak (BBM) yang semakin terbatas.
Riset dan pengembangan yang dilakukan Kemenristek dengan mobil nasional berbahan bakar listik itu sedang dalam tahap evaluasi dan diuji oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
Menanggapi hal itu, anggota Komisi VII DPR, Syaikhul Islam, memiliki pemikiran yang berbeda. Menurutnya, Kemenristek sebagai mitra kerja Komisi VII tidak hanya fokus pengembangan mobil nasional berbasis listrik.
Dia menuturkan, mobil nasional berbahan bakar gas, atau compressed natural gas (CNG) lebih tepat dikembangkan di Indonesia.
“Kalau mobil nasional berbasis listrik, infrastruktur ketenagalistrikannya bagaimana? Untuk kebutuhan listrik primer saja, kita masih susah. Kalau menggunakan gas, atau CNG, saya pikir lebih tepat,” kata Syaikhul, dalam keterangan tertulisnya, Rabu 11 Februari 2015.
Selain ramah lingkungan, lanjut Syaikhul, Indonesia memiliki cadangan gas yang melimpah-ruah. Cadangan gas yang banyak itu harus dijadikan dasar dalam pengembangan mobil nasional ke depan.
“Cadangan gas kita itu banyak. Itu saja yang dijadikan dasar dalam pengembangan mobil nasional ke depan. Apalagi, kami di Komisi VII DPR telah mendorong agar PT Pertamina membangun SPBG (stasiun pengisian bahan bakar gas) sebanyak mungkin,” katanya. (asp)
Baca juga:
Mobil-mobil Hollywood 'Mejeng' di IIMS 2016
IIMS 2016 digelar di PRJ.
