Belajar dari Uni Emirat Arab Cara Tekuk Bank Asing

Ilustrasi Standard Chartered
Sumber :
  • REUTERS/Edgar Su/Files

VIVA.co.id - Sudah bukan rahasia ihwal penguasaan bank asing di Tanah Air. Bahkan, kuku bank asing telah menancap di berbagai pelosok negeri. Jelas, kondisi ini membuat persaingan menjadi berat untuk bank dalam negeri.

Tampaknya, perbankan Indonesia perlu belajar dari industri serupa di Uni Emirat Arab (UEA). Bank-bank di Negeri Teluk itu berhasil "mengusir" bank asing. Memang, bank asing di sana belum benar-benar keluar. Tetapi, bank asing tidak lagi bermain peran dalam sektor ritel bank di UEA.

Royal Bank of Scotland, Lloyds, Barclays, dan terakhir Standard Chartered mulai keluar, atau mengendurkan operasionalnya di UEA. Satu per satu menyerahkan bisnis ritelnya ke bank nasional setempat.

"Bank asing menemukan kesulitan untuk bersaing dengan bank besar milik pemerintah di UEA. Karenanya, mereka keluar dari sektor ritel dan fokus ke segmen korporat dan investasi," tutur Alyssa Grzelak, konsultan perbankan Timur Tengah dan Afrika Utara, dikutip Arabian Business, Jumat 13 Februari 2015.

Persaingan perbankan di UEA sangatlah kompetitif, terutama di sektor retail banking. Makanya, masih kata Alyssa, bank asing sulit bersaing untuk meningkatkan pangsa pasar di UEA.

Episode bergugurannya bank asing di UEA berawal pada 2010. Ketika itu, Royal Bank of Scotland terpaksa menjual 250 ribu nasabahnya di bisnis retail banking pada Abu Dhabi Commercial Bank senilai US$100 juta.

Dua tahun berikutnya, giliran Lloyds Banking Group yang menjual 8.800 nasabah personal dan komersial ke HSBC Bank Middle East senilai US$769 juta. Kesepakatan itu, termasuk penjualan aset kredit senilai US$573 juta, ketika itu.

Lalu, pada September 2013, bank terbesar kedua dari Inggris, Barclays melego 110 ribu nasabah retail banking-nya ke Abu Dhabi Islamic Bank (ADIB) senilai US$177 juta. Keputusan penjualan itu didahului oleh serial kasus kredit macet hingga rekapitalisasi investasi yang bermasalah.

Kasus itu lantas dibawa ke regulator perbankan di Inggris dan Amerika Serikat. Namun, tidak ada keputusan berarti soal itu. Yang pasti, kontroversi tersebut menurunkan valuasi Barclays.

Yang terbaru, Standard Chartered menutup divisi perbankan usaha kecil menengah (UKM) pada Agustus dan November tahun lalu. Berbagai kalangan meramalkan bakal makin banyak lagi bank asing yang terseok di UEA. Saat ini, setidaknya masih ada 28 bank asing di UEA. Termasuk, raksasa Amerika Citigroup dan BNP Paribas.

Sebab, dana moneter internasional (International Monetary Fund/IMF) pernah memberi peringatan pada bank yang mengelola dana dari perusahaan minyak. Jatuhnya harga minyak berakibat pada meningkatnya deposit dan menurunkan kepercayaan investasi di UAE. (asp)

Setelah Malaysia, Bank Mandiri Rambah Filipina dan Vietnam



Baca juga:


Bank BNI

Jika Menguntungkan, BNI Kaji Buka Cabang di Malaysia

Saat ini BNI fokus pada jaringan kantornya di Myanmar.

img_title
VIVA.co.id
4 Agustus 2016