Sumber :
- ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma
VIVA.co.id
- Pemerintah tak terlalu khawatir dengan terus melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Pelemahan nilai rupiah diakui memang menambah beban utang yang bernilai USD, akan tetapi situasi ini juga menguntungkan eksportir.
"Kalau rupiah melemah, berarti ekspornya bagus. Pendapatan rakyat lebih banyak ekspor, impornya akan lebih sulit," kata Wakil Presiden Jusuf Kalla di Jakarta, Senin 2 Maret 2015.
Baca Juga :
Rupiah Melemah, Tertekan Gejolak Ekonomi Global
"Kalau rupiah melemah, berarti ekspornya bagus. Pendapatan rakyat lebih banyak ekspor, impornya akan lebih sulit," kata Wakil Presiden Jusuf Kalla di Jakarta, Senin 2 Maret 2015.
Baca Juga :
Dolar Masih Lemah, Rupiah Melaju di Jalur Hijau
Kalla mengungkapkan, beban akan semakin tinggi bagi yang memiliki utang dalam bentuk USD. Namun, kalau mendapatkan utang baru saat nilai tukar rupiah jatuh maka nilai utang dalam bentuk rupiah akan banyak.
"Memang utang akan bayarnya lebih mahal, tetapi kalau utang baru juga akan lebih banyak rupiahnya, sebenarnya tidak jauh beda," kata Kalla.
Menurut dia, pemerintah terus menggenjot volume ekspor. Di antara sektor yang didorong adalah komoditas, dan produk manufaktur.
"Kita ada ekspor mineral, komoditi, ada juga manufacturing kita ekspor baju, tekstil, listrik, mobil, itu kan manufacturing, tidak hanya beras saja, kita ekspor kedua-duanya, kita lebih banyak ekspor manufakturing di luar batu bara," ujarnya. (one)
![vivamore="
Baca Juga
:"]
[/vivamore]
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
Kalla mengungkapkan, beban akan semakin tinggi bagi yang memiliki utang dalam bentuk USD. Namun, kalau mendapatkan utang baru saat nilai tukar rupiah jatuh maka nilai utang dalam bentuk rupiah akan banyak.