Sumber :
- ANTARA/Zabur Karuru
VIVA.co.id
- Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) akhirnya menembus level 13.022 pada perdagangan Kamis, 5 Maret 2015. Dengan demikian, melemah sebesar 59 poin atau 0,46 persen dibandingkan penutupan sehari sebelumnya yang mencapai 12.963 per dolar AS.
Berdasarkan pantauan data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia, pergerakan yang terjadi hari ini adalah yang terlemah selama periode Januari hingga awal Maret 2015 sejak perdagangan 2 Maret di level 12.993. Bahkan, menjadi salah satu yang terburuk sepanjang sejarah sejak perdagangan 22 Januari 1998 dengan pencapaian 17.000.
![Halaman Selanjutnya]( "Halaman Selanjutnya")
Baca Juga :
Dolar Masih Lemah, Rupiah Melaju di Jalur Hijau
Berdasarkan pantauan data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia, pergerakan yang terjadi hari ini adalah yang terlemah selama periode Januari hingga awal Maret 2015 sejak perdagangan 2 Maret di level 12.993. Bahkan, menjadi salah satu yang terburuk sepanjang sejarah sejak perdagangan 22 Januari 1998 dengan pencapaian 17.000.
"Ekspektasi akan kembali turunnya BI rate seiring dengan dimulainya tren penurunan suku bunga di beberapa negara memberikan sentimen negatif bagi pergerakan rupiah," ujar Kepala Riset PT Woori Korindo Securities Indonesia, Reza Priyambada kepada
VIVA.co.id.
Menurutnya, laju rupiah masih berpotensi untuk terus melemah dengan minimnya sentimen positif dari dalam negeri. Dia pun memperkirakan bahwa rupiah akan berada di rentang 12.957-13.075.
Di sisi lain, pemerintah telah menyatakan, tidak bisa berbuat banyak guna menyelesaikan permasalahan rupiah yang sedang berfluktuasi akhir-akhir ini. "Pemerintah dan BI tidak akan melakukan intervensi rupiah karena dampak pelemahan hanya bersifat sementara saja. Kondisinya, memang semua mata uang sedang melemah terhadap dolar AS,"
tutur di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu 4 Maret 2015.
![vivamore="
Baca Juga
:"][/vivamore]
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
"Ekspektasi akan kembali turunnya BI rate seiring dengan dimulainya tren penurunan suku bunga di beberapa negara memberikan sentimen negatif bagi pergerakan rupiah," ujar Kepala Riset PT Woori Korindo Securities Indonesia, Reza Priyambada kepada
